JAM istirahat pertama berlangsung. Seperti biasa Sandra, Audi dan Kanaya tengah nongkrong di kantin. Bahkan mereka berada di sana satu jam lebih awal karena, mata pelajaran kedua kosong dan guru piket tidak memberi tugas sehingga mereka bisa leluasa untuk berlama-lama di kantin.
"Serius Ra Alkana beneran suka sama lo?" tanya Audi di sela makannya.
"Iya Ra, lo jangan gampang percaya sama dia. Lo tau sendiri kan yang udah udah gimana, dia pasti cuma mau ambil untungnya doang" Kanaya menimpali.
"Kali ini gue percaya" Sandra meletakkan sendoknya, "karena dia sendiri yang bilang ke gue. Dan asal kalian tau Alkana udah ngenalin gue sama nyokapnya."
"Serius lo!" Audi dan Kanaya hampir bersamaan.
Sandra mengangguk pasti. "Serius lah," lalu menyeruput orange squash pesanannya.
"Terus terus nyokapnya gimana?" Kanaya penasaran.
Akhir-akhir ini dari yang sering di lihat oleh Audi dan Kanaya hubungan Sandra memang lebih baik dari sebelumnya, itu yang membuat mereka percaya bahwa Alkana memang benar-benar mencintai sahabatnya.
"Iya Nay, gue nggak bisa bayangin deh gimana rasanya di kenalin sama camer" Audi sambil menerawang jauh membayangkan seandainya ia di kenalkan dengan orang tua Michael.
"Nyokapnya itu...." Sandra menopang dagu dengan kedua tangan sambil membayangkan bagaimana sikap Fany terhadapnya membuat Audi dan Kanaya menunggu jawabannya dengan tidak sabar.
"Baiiik banget, terus kemarin gue juga sempat di ajak shoping, gue di beliin baju bagus-bagus lagi dan yang pasti harganya mahal."
"Ish Sandra beruntung banget sih jadi lo, gue kan jadi...." ucapan Audi tercekat di tenggorokan karena di saat yang bersamaan ia melihat Alkana baru saja memasuki kantin.
Sandra yang melihat raut wajah Audi berubah lalu menoleh kebelakang.
Alkana yang biasanya memasang wajah datar kini terseyum lebar, dan senyuman itu hanya tertuju pada Sandra membuat seluruh penghuni kantin berdecak iri. Bagaimana tidak itu adalah pertama kalinya mereka melihat Alkana tersenyum pada seorang gadis.
"Al...." Sapa Sandra dengan bibir tak kalah merekah. "Sendirian, Jery mana?"
Alkana berhenti di samping meja pacarnya, "Lagi ng-game."
Jawabannya masih singkat namun setidaknya itu terdengar lebih halus dan tidak sarkas seperti biasanya.
"Mau, duduk sini?"
Alkana beralih menatap kedua teman pacarnya yang nampak masih bengong. Entah karena terpesona atau memang kebiasaan, Alkana kurang paham.
"Ya...." Sandra memohon lalu meraih pergelangan Alkana.
Para penghuni kantin yang masih terpaku seolah sudah bisa menebak jika Sandra pasti mendapat penolakan, mengapa? karena selama Tiga tahun ini tidak ada yang berhasil merayu Alkana untuk duduk dan makan bersama. Tapi mungkin itu menjadi pengecualian untuk Sandra mengingat mereka yang selama ini sering duduk bersama di meja makan.
Tanpa menjawab Alkana langsung merebahkan pantatnya membuat seisi kantin menatap tak percaya.
Sandra tersenyum girang melihat Alkana langsung menuruti keinginannya.
Audi dan Kanaya yang semula masih berada di alam bawah sadar langsung teperanggah. Ia tidak tau Alkana di beri apa oleh temannya sampai mau menuruti keinginannya.
"Udah pesan makan?" Sandra menatap Alkana namun di bawah sana kakinya menginjak sepatu Audi dan Kanaya.
"Belum."
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER
Teen FictionSetelah menciumnya secara tidak sopan Alkana juga memaksa Sandra menjalin hubungan denganya. Sebuah kegilaan yang tak mungkin di lakukan oleh gadis itu. Namun siapa sangka waktu dapat mengubah segalanya. Scandal yang menimpa gadis itu membuatnya te...