59. Halusinasi

524 20 1
                                    

LAGI, kesendirian membawa Alkana menuju keatap gedung. Hari ini waktu terasa berputar begitu lama, padahal sejak tadi ia sudah menghabiskan waktu Dua puluh menit istirahat keduanya di kantin tapi bel tak jua berbunyi membuat Alkana harus mencari tempat untuk menepis kekosongan di dadanya.

Informasi tentang Jery tidak ia dapatkan secara akurat, dan Alkana menyesal mendengar perdebatan tak berfaedah itu hingga selesai, sebab hasilnya sia-sia. Mungkin baiknya ia tanyakan langsung nanti jika sudah berbaikan, dan entah kapan.

Langkah Alkana terhenti begitu melihat sudah ada orang di sana. Haris, si cowok cupu yang satu minggu lalu ia temui bersama Sandra di tempat ini.

Haris tidak mengetahui kedatangannya, lelaki itu sedang asik berbicara pada ponselnya.

"Aku senang dengar kamu baik-baik saja?"

Alkana mengerutkan kening mendengar percakapan itu, apalagi Haris nampak senang mendengar kabar baik dari lawan bicaranya.

"Iya aku pasti jenguk kamu kok, sampai ketemu nanti ya. Bye...."

"Siapa?" tanya Alkana tiba-tiba, Haris sampai terlonjak kaget. Untung panggilan diponselnya langsung ia matikan, jika tidak mungkin orang di seberang sana bisa mendengar siapa yang datang.

"Emm anu. Teman gue Al," jawab Haris gelagapan.

"Oh...." Alkana membalas santai, seolah pertanyaannya tidak lah penting.

Haris menarik napas lega sebelum pada akhirnya dia bergeser memberi tempat untuk Alkana duduk.

"Gue baru tau lo sering ke tempat ini?" Alkana membuka suara, ini adalah pertama kalinya ia berbincang dengan Haris selama satu sekolah.

Haris membenarkan kaca mata sebelum menjawab, "Dulu Sandra yang sering ke tempat ini, gue ikut-ikutan."

Alkana yang semula menatap bangunan bangunan tinggi di depannya kini menoleh.

"Sandra?"

Haris mengangguk, ada kerinduan tersembunyi ketika mendengar nama itu, "Dia sering bolos pelajaran dan sembunyi disini, atau kalau nggak dia datang kesini buat merokok."

Alkana tidak tau jika Sandra sering merokok. Dan mengenai tempat ini, ia juga baru tau kalau banyak momen tentang Sandra terjadi disini.

"Dulu gue sering banget kesini, Sandra minta gue bawain makanan, kadang dia juga nyuruh gue buat beli rokok... tapi habis itu gue di usir. Dia lebih suka sendirian di sini."

Entah mengapa Haris malah menceritakan tentang Sandra pada lelaki itu, mungkin karena sikap Sandra padanya jauh berbeda dengan cara Sandra memperlakukan Alkana.

"Sandra itu galak, jutek, suka marah-marah kalau sama gue. Dia baikin gue kalau ada maunya...." Haris tersenyum kecut, rasanya sesak jika mengingat perlakuan Sandra padanya. Namun kemudian ia menepis pemikiran buruknya, biar bagaimana pun Sandra adalah satu-satunya orang yang mau menerimanya.

"Tapi kadang, dia lucu juga?"

Alkana menatap Haris tidak mengerti. "Apanya yang lucu?"

Penilaian Haris mengenai Sandra berbeda darinya. Menurutnya Sandra hanya gadis keras kepala yang bawel, dan ia sangat bersyukur Sandra tidak memperlakukan dirinya seperti Haris.

"Iya lucu aja, dia selalu bisa manfaatin gue kalau dia mau. Dan anehnya gue mau aja di akalin sama dia... Sandra tu kayak kancil yang cerdik dan banyak akal" Haris menghela napas seraya menyapukan pandangannya kedepan, "Gue jadi kangen."

Alkana melotot mendengar itu, berani sekali Haris menyatakan kerinduannya pada Sandra.

"Eh," Haris membekap mulutnya sendiri, Dia keceplosan.

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang