Alkana mengerjap beberapa kali lalu perlahan membuka indra penglihatannya. Pupilnya bergerak kesana kemari mencoba mengenali tempat dimana ia berada. Setelah merasa yakin ia berada di kamarnya barulah Alkana bangkit.
"Astaga!!!"
Cicitnya terkejut melihat Jery sudah berdiri depan jendela kamar, ia tengah membuka hordeng. Pakaianya rapi menggunakan seragam sekolah dengan ransel maroon di pungung.Jantung Alkana masih berdebar, kedatangan Jery membuat jantungnya nyaris copot.
"Lo tidur di sini?" tanya Alkana.
Jery menoleh menatap Alkana datar, "Menurut lo?"
Tidak ada raut keramahan di wajah Jery, lelaki itu tampak suram tidak seperti tadi malam. 'Apa mungkin karena itu?' batinnya.
Semalam Alkana mabuk, ia tidak ingat jam berapa ia pulang dan bagaimana Jery membawanya. Seingatnya ketika ia terjaga tengah malam ia sudah berada di kasur. Pasti sulit jika membayangkan betapa susahnya Jery mengantar Alkana pulang kerumah.
Mungkin Jery marah karena direpotkan oleh Alkana, tapi yang benar saja? Sedangkal itukah persahabatan mereka. 'Tidak-tidak mungkin?' Alkana menepis pikiran negativnya.
Alkana menatap Jery bingung, temanya itu tidak bersikap seperti biasa. Jery nampak dingin, Sorot matanya hambar dan wajahnya di tekuk berpuluh-puluh kali lipat.
Pusing menebak apa yang sebenarnya terjadi Alkana ahirnya bergeming menuju kamar mandi membersihkan tubuhnya.
Kurang lebih setengah jam kemudian mereka sudah berada di sekolah.
Alkana duduk di kursi seraya melepas ransel dan meletakan tasnya di laci. Sesekali Alkana melirik Jery yang hanya duduk tenang tanpa berniat melepas ransel atau menyiapakan alat tulis. Bel berbunyi bersamaan dengan kedatang mereka.
Selama di perjalanan hingga kini Jery masih diam memasang wajah datar yang membuat Alkana geram melihatnya. Alkana merasa serba salah ia tidak tau apa-apa namun tiba-tiba Jery mendiaminya tanpa sebab. Apa Jery fikir Alkana dukun yang bisa mengerti apa keinginanya?
Alkana berputar arah lalu kakinya menendang kaki kursi milik temanya. Hanya pelan, tapi tetap saja membuat Jery terkejut dan menoleh.
"Lo kenapa Jer, putus cinta?" tanya Alkana pada ahirnya.
Jery melirik lelaki di sampingnya, "Nggak."
Tanpa di tanyapun Alkana sudah tau jawabannya, Jery jomblo.
"Terus?" Alkana menatap temanya ingin tau. Seumur hidupnya baru kali ini melihat Jery bersikap aneh.
"Lo pikir aja sendiri" sinis Jery.
Setelah mendengar itu Alkana merasa yakin jika memang ada yang salah dengan dirinya, tapi apa?
Kesabaranya seakan habis menghadapi teka-teki dari temanya. Alkana berdiri lalu tangannya menjulur mencengkram kerah Jery dan menariknya kuat."Pengecut lo jadi cowok, kalau ada masalah ngomong baik-baik. Lo kayak banci!" bentak Alkana di selimuti amarah yang meledak- ledak. Penghuni kelas yang semula riuh kini beralih pada Jery dan Alkana.
Bukan hal aneh bukan jika melihat seorang pendiam mengamuk menunjukan kesangaranya. Kini ini itulah yang terlihat, dimana Alkana menunjukan siapa dirinya yang sebenarnya.
"Kenapa, lo keberatan?" ucap Jery santai seolah ia memiliki nyawa berlapis. "Gue tau lo bukan cowok baik Al, tapi gue baru tau kalau ternyata lo brengsek!"
Tatapan seram itu semakin menjadi, tangan Alkana mengepal bersiap melayangkan pukulan di rahang lawan.
"Ada apa ini!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER
Novela JuvenilSetelah menciumnya secara tidak sopan Alkana juga memaksa Sandra menjalin hubungan denganya. Sebuah kegilaan yang tak mungkin di lakukan oleh gadis itu. Namun siapa sangka waktu dapat mengubah segalanya. Scandal yang menimpa gadis itu membuatnya te...