"Pasti wanita itu."
"Siapa?" tanya Sandra penasaran.
Alkana bangkit lalu buru buru merapikan penampilanya, tidak hanya itu ia juga merapikan sofa dan menyusun bantal yang tadi sempat ia buat berantakan.
"Siapa Al?" tanya Sandra lagi tapi Alkana masih membiarkannya, ia masih sibuk memunguti cemilanya di lantai yang tumpah berserakan.
Lagi, bel rumahnya berbunyi tanda ada seseorang yang menunggu di luar membuat Alkana semakin gelagapan.
Tidak sabar menunggu jawaban Alkana ahirnya Sandra bangkit merapikan bajunya lalu berjalan kearah pintu.
"Sandra!" panggil Alkana, "jangan, biar gue aja" cegahnya.
Sandra menatap Alkana bingung "Kenapa?"
Alkana menyusul langkahnya lalu menarik pergelangan gadis itu dan membawanya di sebuah tempat.
"Lo harus sembunyi" katanya sambil melangkah gesit kearah dapur.
"Lo di sini dulu jangan kemana-mana sebelum orang itu pulang," kata Alkana setelah sampai di depan pintu kamar pembantu. Ya, Sandra sangat ingat ini kamar pembantu.
"Emang itu siapa?"
Alkana tidak menjawab atau mungkin ia memang berniat tidak memberi tau tentang siapa wanita itu.
Alkana membuka pintu kamar, "Dia nggak akan lama. Gue janji Tiga puluh menit lagi gue pasti kesini. Tapi ingat, lo jangan kemana-mana sebelum dia pulang. Ngerti?"
Sandra menggeleng cepat.
"Ra please. Bantu gue..." Alkana sambil beberapa kali melirik kearah pintu ruang tamu takut wanita itu masuk tanpa sepengetahuannya.
"Emang wanita itu siapa?"
"Nggak penting buat lo yang jelas lo jangan keluar-keluar sebelum gue datang, ingat itu" tegas Alkana lalu menarik lengan Sandra agar masuk kedalam kamar.
Sumpah Sandra penasaran siapa sebenarnya wanita itu, mengapa Alkana begitu takut jika ada yang melihatnya di rumah itu.
"Apa dia wanita yang sering lo temuin di tempat clubbing. Lo boking dia, terus lo bawa dia kerumah, dan lo nyuruh gue buat ..." Sandra tidak menyelesaikan kalimatnya karena tanpa aba-aba Alkana mengecup bibirnya.
Sandra tau maksudnya, Alkana ingin mengalihkan perhatiannya. Atau lebih tepatnya membungkam mulutnya secara halus.
Tiba-tiba suara seorang wanita menggema memenuhi sudut ruangan.
"Sayang..." panggil suara itu.
Alkana terkejut dan seketika mendorong tubuh Sandra menjauh lalu menutup pintu.
Blam.
Sandra lemas melihat itu. Air yang menempel di bibirnya belum mengering tapi Alkana sudah bersama wanita lain. Ironis, sungguh ironis hidupnya.
Gadis itu tertunduk di lantai sambil menangis sesegukan. Sandra merasa ada yang menusuk nusuk di dadanya, sakit dan pilu. Baru saja beberapa menit yang lalu ia merasa memiliki, baru saja ia merasa terbang di awan tapi sekarang ia seakan di hempas ke dasar jurang.
Hiks... hiks... hiks...
Tangan Sandra mengepal memukul lantai ia marah, benci, kesal, tapi tidak tau harus pada siapa ia lampiaskan.
Tak lama kemudian Sandra mendongak, ia ingat Alkana hanya memberinya waktu Tiga Puluh menit. Itu tidak lama bukan dan ia akan menunggunya.
***
Waktunya untuk menunggu Alkana sudah lebih dari Tiga Puluh menit tapi lelaki itu tidak segera muncul. Sandra berjalan mondar-mandir sambil sesekali menarik handle pintu tapi pintu itu tidak terbuka. Alkana menguncinya dari luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER
Teen FictionSetelah menciumnya secara tidak sopan Alkana juga memaksa Sandra menjalin hubungan denganya. Sebuah kegilaan yang tak mungkin di lakukan oleh gadis itu. Namun siapa sangka waktu dapat mengubah segalanya. Scandal yang menimpa gadis itu membuatnya te...