DARRR
Suara gemuruh menggelegar, diiringi rintik hujan yang tiba-tiba jatuh. Sebelum Sandra datang, kondisi alam masih normal tapi ketika Sandra pergi kilau petir dan guntur seketika bersahut sahutan sama seperti gemuruh di dada Alkana yang menggelegar seolah tidak rela menyaksikan kepergian gadis itu.
Ssss
Bumi seolah menangis. Hujan turun begitu deras, hingga menutupi penglihatan Alkana pada gadis yang beberapa detik lalu berada di depannya. Entah itu sebuah kebetulan atau karena langit murka padanya, tapi apapun itu Alkana tidak bisa membiarkan Sandra berlalu begitu saja.
"RAAA!!!"
Alkana berlari menerobos air hujan tanpa perduli dengan rasa dingin yang seketika mengguyur tubuhnya hingga menembus kulit. Sandra tidak boleh pergi apalagi saat hujan seperti ini. Sungguh Alkana khawatir jika terjadi sesuatu dengannya.
"SANDRA!"
Mendengar teriakan Alkana, Sandra semakin mempercepat langkahnya. Ia tidak mau lagi melihat lelaki itu. Semua sudah cukup untuknya.
Kilat terus berkedip dan menghasilkan bunyian keras, membuat Alkana semakin mengkhawatirkan gadisnya. Ia tau Sandra takut dengan petir dan gadis itu kini malah berlari di tengah derasnya hujan. Astaga, ini sulit dipercaya.
Jauh sudah Sandra berlari namun Sandra tak jua memperlambat langkahnya, Alkana juga tidak melihat Sandra membawa mobil. Lalu naik apa gadis itu malam sudah semakin larut mana mungkin masih ada taksi atau transportasi umum yang melintas, di tambah lagi cuaca buruk. Pasti sangat sulit di temukan.
Dengan sekuat tenaga Alkana berusaha mempercepat langkahnya, biar bagaimanapun ia harus bisa menghentikannya.
"Sandra!" Alkana menggapai gadis yang kini berjarak satu meter darinya. "Sandra!" dan berhasil. Alkana mencengkram lengan gadis itu dan mendekapnya dari belakang.
"Please, jangan pergi. Gue mohon...."
Sandra diam, membiarkan Alkana memeluknya. Meski ia ingin menolak dan menepis lelaki itu jauh-jauh, tapi Sandra tidak melakukannya, ia menganggap ini yang terakhir. Ya, ini yang terakhir.
"Lo boleh marah, atau bunuh gue bila perlu tapi jangan kayak ini Ra. Please...."
Sandra merasakan pelukan itu mengerat diiringi sentuhan kepala Alkana yang kini merapat di pundaknya.
"Kita pulang...." lanjut Alkana kemudian. "Kita bisa bicarain masalah kita baik-baik."
Sandra masih diam ia lebih fokus pada dekapan lelaki itu yang memberinya sedikit kehangatan di banding mendengar ucapan sampah dari Alkana.
"Lo pulang kerumah gue ya, gue takut lo kenapa-kenapa...." Suara itu terucap tulus, namun tidak demikian menurut Sandra.
"Berhenti mainin gue Al," Sandra melepaskan diri seraya melangkah mundur. Semua sudah cukup baginya, Sandra tidak mau lagi jatuh pada lubang yang sama.
"Ra...." Alkana menggapai gadis itu lagi tapi Sandra menepisnya.
"Gue... benci sama lo!" Sebuah kalimat singkat padat dan menohok itu terdengar menyakitkan bagi Alkana.
Setelah mengucapkan itu Sandra beranjak pergi, meninggalkan Alkana yang masih mematung di tempatnya.
Mengetahui Alkana tidak lagi mengejar, Sandra memperlambat ayunan langkahnya. Lama kelamaan tenaganya melemah, Sandra tertunduk di aspal dan menangis dalam derasnya hujan.
Sandra berharap tidak menyesal dengan yang baru saja ia ucapkan.
***
Dikucilkan dan di hindari teman-tamannya sudah menjadi hal biasa bagi Alkana.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER
Teen FictionSetelah menciumnya secara tidak sopan Alkana juga memaksa Sandra menjalin hubungan denganya. Sebuah kegilaan yang tak mungkin di lakukan oleh gadis itu. Namun siapa sangka waktu dapat mengubah segalanya. Scandal yang menimpa gadis itu membuatnya te...