28. Perjuangan Dimulai

2.1K 51 1
                                    

Tok... tok... tok...

Sandra mengetuk daun pintu kamar Alkana. Waktu sudah menunjukan pukul 09.00 tapi Alkana belum juga menampakan batang hidungnya membuat Sandra terheran, dan ahirnya memilih menemui lelaki itu di kamarnya. Hari ini memang libur tapi apa harus sesiang itu Alkana bangun?

Sebelumnya Sandra sudah masak, menyuci, dan bersih bersih rumah yang sepertinya tidak pernah di bersihkan setengah abad. Sampai banyak sarang spiderman dimana-nama dan Sandra sangat lelah sekarang. Meskipun Sandra tidak sendirian, ia dibantu oleh mbak Iren assistant di rumahnya.

Sandra sengaja menyuruh mbak Iren agar membantunya karena ia pasti kualahan jika membersihkan rumah sebesar itu sendirian. Mbak Iren lansung pulang setelah Sandra memberinya imbalan. Tak lupa Sandra juga menyuruh Asistennya tutup mulut tentang keberadaanya, untung pembantunya itu menurut saja.

"Al...!" pekik Sandra, "lo udah bangun belum sih?"

Tok... tok... tok...

Sandra mengetuk pintu itu berulang namun pemilik kamar tak jua menyahut. Penasaran dengan apa yang terjadi Sandra ahirnya memutuskan untuk masuk, dan kebetulan pintunya tidak dikunci.

"Al..." panggilnya seraya melangkah, pupilnya bergerak kesana kemari mencari seseorang.

Kamar Alkana cukup luas sehingga Sandra tidak langsung menemukannya.

"Al..." Sandra melangkah gesit menuju ranjang begitu melihat ternyata Alkana masih berbaring di kasur.

"Lo sakit?"

Alkana diam dengan tubuh masih tenggelam dalam selimut. Sebenarnya Alkana sudah bangun ia hanya tidak bisa bangkit karena demam.

Sandra menempelkan punggung tangannya pada dahi. Perlahan lelaki itu membuka mata menatap siapa gerangan pemilik tangan mungil yang berani menyentuhnya.

"Badan lo panas" Sandra mulai panik dengan tangan beralih pada leher.

"Lo demam, gue kompres ya?" katanya dengan nada cemas.

"Nggak usah" sahut Alkana lalu menarih selimut dan kembali terpejam.

Sandra bangkit lalu bergegas keluar kamar. Tak lama berselang Alkana mendengar suara jerit pintu di iringi derap kaki yang melangkah mendekat.

Alkana membuka nertra birunya ketika merasa ada yang duduk di kasur.

"Lo mau ngapain?" Alkana menatap bingung pada gadis yang tengah sibuk dengan mangkuk bawaanya. Tanganya nampak memeras handuk kecil yang di basahi dengan air hangat.

"Sini gue kompres" Sandra meletakan handuk mungil di kening Alkana, "biar panas badan lo turun."

Alkana hanya diam pasrah dengan apa yang di lakukan gadis itu, toh selama ini tidak ada yang mengurusnya. Jika sakit biasanya ia minum obat atau Jery yang mengantarnya ke klinik dan ini pertama kalinya ada yang mengurusnya setelah ia berpisah lama dengan ibunya.

Sandra mengusap rambut Alkana yang menutupi kening, bila perlu Sandra mengusap pucuk kepalanya dan menekan kompres agar menyerap panas lebih banyak.

Gadis itu tersenyum melihat Alkana menatapnya dengan sorot tajam meski ia tidak mengerti apa artinya. Sesekali Sandra mengusap peluh yang mengalir di pelipisnya, sungguh sebenarnya ia lelah hari ini tapi demi Alkana ia rela. Ralat, demi misinya. Sandra rela meluangkan waktunya untuk merawat Alkana dan ini merupakan awal perjuangannya.

Setelah handuk di tanganya terasa dingin Sandra mencelupkan handuk itu pada mangkuk dan memerasnya kemudian di letakkan lagi pada dahi Alkana, begitu seterusnya. Sampai panas lelaki itu turun.

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang