33. Secret of the heart

864 28 3
                                    

SEPANJANG perjalanan Sandra berceloteh memprotes tindakan Alkana yang menurutnya tidak tau apa-apa namun ikut campur. Sandra menyesal gara-gara Alkana ia kehilangan kesempatan untuk mendapatkan uang banyak dari Reza.

"Lo bisa diam nggak?" ucap Alkana yang lama kelamaan telinganya berdengung.

"Gampang banget lo asal nyuruh gue diem, lo nggak tau gimana rasanya di posisi gue. Gue butuh uang Al dan nggak ada cara lain selain gue minta sama dia!"

Sandra tak habis pikir apa isi kepala Alkana.

"Dia mau manfaatin lo?"

"Gue tau dan gue bisa kabur setelah gue kirim semua uang dia di rekening gue. Dan lo...." Sandra menunjuk Alkana "lo gagalin semuanya!"

Tinggal selangkah lagi ia bisa menguras rekening Reza tapi Alkana malah datang dan mengacaukan semuanya. Padahal Sandra sangat membutuhkan uang itu.

"Gue ganti, lo butuh berapa?"

Sandra terbelalak, "serius?"

Alkana tidak mau berbelit-belit ia mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Sandra.

Dengan senang hati Sandra langsung meraih ponsel itu. "Lima puluh juta."

"Buat apa?"

"Shopping lah" jawabnya enteng.

"Nggak!" Alkana merebut lagi ponsel dari tangan gadis itu.

"Lo pelit banget sih..."

"Nanti gue transfer, tapi nggak sebanyak itu."

Lagi pula siapa yang iklas memberi uang sebanyak itu hanya di gunakan untuk Shopping. Bisa bangkrut ibunya gara-gara Sandra.

"Dasar cowok pelit...!" Sandra bersidekap mengalihkan pandangannya pada jendela sambil mengerucutkan bibir.

Alkana menggelangkan kepala tak habis pikir, bagaimana bisa ia jatuh cinta pada gadis seperti itu.

Apa jatuh cinta?

Alkana menepis pemikiran konyolya, ia pasti sudah gila.

***

Seusai membersihkan tubuhnya Sandra berjalan menuruni tangga, matanya meneliti setiap sudut ruang mencari Alkana tapi lelaki itu tak jua menampakkan batang hidungnya.

"Al..." Sandra berjalan melewati pintu melihat kesekeliling halaman.

Matahari masih mengitip pada garis bumi menyorotkan cahaya yang tak lama lagi akan meredup. Disana Sandra berdiri di balik tiang kokoh yang menjulang tinggi di rumah itu.

Pandangannya menyapu seluruh pekarangan berharap menemukan Alkana meski pada ahirnya hasinya sama, nihil. Sebelum Sandra bergeming dari tempatnya ia melihat kendaraan yang biasa di gunakan Alkana bertengger manis di depan garasi dan itu artinya Alkana ada di rumah. Tapi dimana dia?

Sebelumnya Sandra sempat mengintip di kamar Alkana tapi cowok itu tidak ada dan yang lebih menyebalkan Alkana meninggalkan ponselnya membuat Sandra tidak bisa menghubungi lelaki itu.

"AL-KA-NA!" pekik Sandra sambil mengayunkan kikinya menuju dapur.

"Alkana sayang...!" Sandra terkekeh geli setelah mengucapkan panggilan menggelikan itu.

"Al..."

Sebenarnya tidak ada hal yang penting, atau mendesak yang akan ia sampaikan Sandra hanya rindu. Meskipun ia masih kesal dengan Alkana tapi kali ini perasaannya jauh lebih penting daripada kekesalannya.

Mungkin Sandra sudah gila karena merindukan lelaki yang baru Enam puluh menit lalu ia temui tapi, rindu tak mengenal waktu bukan?

Sandra berhenti begitu tiba di ambang pintu dapur, ia baru ingat ada satu tempat yang belum ia periksa yaitu gudang.

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang