67. Never Left

1.3K 23 3
                                    

     ALKANA sudah menduga sebelumnya, bahkan dari awal ketika Johan berkata Sandra ada di dalam. Sekalipun ia tidak percaya Alkana tetap menurut. Namun percuma menyesali pilihannya sebab ada hal lain yang jauh lebih penting yaitu keluar dari tempat itu.

Alkana melihat api yang bergerak cepat, sebelum asapnya mengganggu penglihatan Alkana berlari menuju pintu belakang.

Di sisi lain Nichol yang sudah terlepas dari ikatannya buru-buru melepas ikatan Jery, sementara Sandra masih terkulai lemah di jok mobil.

Para preman itu tengah asik tertawa melihat si jago merah yang melalap rumah tua berserta isinya, entah apa yang lucu. Selera humor para preman itu memang payah.

"Gue mau lumpuhin mereka. Lo bawa Sandra pergi dari sini?" Nichol berkata sambil melepas ikatan Sandra. "Habis itu lo telpon polisi."

"Terus lo gimana?" tanya Jery, tak ingin memikirkan diri sendiri.

"Nggak usah mikirin gue, yang penting lo usahain biar polisi bisa datang secepatnya. Ngerti?"

"Ok, gue ngerti."

Nichol turun dari mobil, tanpa membuang waktu ia langsung menghantam kepalan tangan pada preman yang tengah berdiri di depan pintu. Lelaki itu terkapar, Nichol mengambil kuncinya.

"Nih," Nichol melempar kunci mobil itu pada Jery, "Buruan cabut."

Jery meloncat berpindah pada kursi kemudi lalu menyalahkan mesin mobil.

"Woi mau kabur kemana lo!" salah satu preman berteriak mengakhiri tawa Johan dan teman-temannya.

"Dia mau buang air," Nichol menjawab sekenanya sambil melihat mobil yang dikemudikan Jery berlalu.

Johan menggerakkan gigi, "Hajar dia!" titah Johan pada anak buahnya, dan seketika membuat Nichol berkesiap memasang kuda-kuda.

Malam itu terjadilah pertempuran paling bersejarah dalam hidup Nichol, Satu lawan Lima belas. Terdengar mustahil jika ia menjadi pemenang, sebab ia bukanlah Petter Parker yang memiliki kekuatan super Nichol manusia biasa dan kenyataannya Nichol memang kalah.

Sudah Sepuluh menit berlalu tapi baru Tiga orang yang berhasil ia lumpuhkan, sisanya masih berdiri dengan angkuhnya sebagai penonton. Jika terus seperti ini Nichol biasa mati sia-sia.

Lawannya kali ini tidak bisa di remehkan, orang-orang yang sekarang ia hadapi memiliki kemampuan bela diri yang mumpuni Nichol sampai kualahan dibuatnya.

Brakkk...

"Aakkk..."

Satu lagi lawan yang sudah jatuh ke tanah. Lelaki yang sempat ia puntir tangannya lalu ia hujam dengan tinju berkali-kali itu akhirnya tergeletak di tanah, padahal tadi Nichol sempat khawatir lelaki itu membawa benda tajam.

Di tengah pertengkaran yang mungkin bisa merenggang nyawa Nichol mendengar salah satu anak buah Johan berteriak.

"Bos Alkana kabur!"

Walaupun tidak percaya, Nichol bersyukur Alkana bisa keluar dari rumah itu.

"Kejar dia!!!"

Johan yang sejak tadi hanya memerintah memekik panik. Sebagian preman itu langsung memisahkan diri dan mengejar Alkana yang tengah berlari menuju pemukiman.

Musuh di hadapan Nichol tinggal tersisa Dua, Satu membawa kayu balok satu lagi membawa pisau dan Nichol paling was was dengan benda itu, salah perhitungan benda tajam itu bisa melukai tubuhnya.

Bugh

Bugh

Bugh

Begitu preman pemegang pisau itu lemah dengan sigap Nichol langsung merebut senjatanya. Untungnya orang itu tidak terlalu mahir bela diri sehingga Nichol bisa mendapatkan pisau itu dengan mudah.

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang