53. Terungkap

511 22 3
                                    

Di rooftop sekolah, Haris duduk dikursi panjang dengan pandangan menyapu disekelilingnya. Bangunan tinggi dan hamparan langit yang luas cukup memanjakan matanya, di tambah lagi suasana siang yang tak terlalu terik membuat Haris betah berlama-lama disana.

Sudah sekitar satu minggu ia sering menghabiskan waktu istirahatnya di rooftop, bukan tanpa alasan karena sejujurnya ia sedang merindukan seseorang, Sandra.

Haris sadar Sandra sudah melupakannya, bahkan mungkin memang tidak pernah mengingatnya sama sekali, apa lagi dari yang ia lihat sekarang Sandra sangat dekat dengan Alkana dan ia yakin tidak ada tempat lagi untuknya.

Sebenarnya Haris sangat senang saat Sandra menyuruhnya untuk mengerjakan PR, meskipun itu merepotkan setidaknya ia masih bisa sering-sering melihat gadis itu tidak seperti sekarang yang sangat jarang.

Pernah, Haris tak sengaja bertemu itupun hanya sekilas dan gadis itu sedang bersama Alkana yang membuatnya harus sadar diri sesadar-sadarnya.

Mungkin ia bodoh karena meskipun di permainkan tapi tetap mencintai gadis itu, tapi itulah dia. Haris tulus mencintai Sandra, dan ia menerima segala kekurangan gadis itu. Perlakuan Sandra selama ini baginya adalah sifat asli yang tidak bisa ia ubah tapi Haris tetap menyukainya karena menurutnya itulah Sandra yang sebenarnya.

Sandra mungkin memang bukan gadis yang baik, tapi dia tidak munafik dengan pura-pura bersikap baik pada seseorang. Sandra keras kepala, susah di atur dan semaunya, akan sulit memahami dimana sisi baik gadis itu jika bukan orang yang benar-benar mengenalnya, dan Haris menyukai semua kekurangan yang dimiliki gadis itu.

Kurang lebih sepuluh menit Haris berdiam diri disana tiba-tiba telinganya menangkap suara derap kaki yang berjalan mendekat, Haris lalu menoleh.

Haris terkejut melihat seseorang yang muncul dari balik pintu, ia fikir itu anak laki-laki yang biasa nongkrong di tempat itu tapi bukan, orang itu Sandra. Gadis yang beberapa hari ini ia rindukan dalam diam.

"Lo ngapain disini?" Sandra menyapa dengan nada tak bersemangat, wajahnya juga nampak di tekuk dan masam belum lagi matanya sembab seperti habis menangis.

"Cari angin," jawab Haris seraya bergeser dan otomatis membuat Sandra duduk di sampingnya, "Kalau kamu ngapain?"

"Biasa," Sandra mengeluarkan bungkus rokok dan korek api dari saku almamaternya.

"Kamu... masih ngerokok?" Haris bertanya hati-hati takut Sandra tersinggung.

"Sebenarnya udah lama nggak, dan hari ini gue lagi pengen."

Sandra mengeluarkan satu batang dari bungkusnya mengapit rokok itu di sela jari lalu mengarahkan ke bibirnya seraya menyalakan korek, tapi belum sempat apinya menyala Haris merebut rokok itu.

"Lo apa apaan sih, balikin nggak!" Sandra nyolot, ia tidak tau sejak kapan Haris berani menganggu kesenangannya.

Haris tau, apa yang ia lakukan pasti membuat Sandra marah tapi ia tidak perduli. Lagipula tidak ada salahnya sekali-kali mengusik gadis itu, ini juga untuk kebaikannya.

"Kamu bilang udah lama nggak ngerokok, harusnya sekarang nggak usah," Haris berkata sambil menyembunyikan rokok rampasannya.

"Gue kan udah bilang, gue lagi pengen!"

"Rokok itu bahaya Ra, apalagi kamu cewek."

Sandra berdecak sebal, "Rese deh lo" Sandra akhirnya mengambil satu batang lagi, jika energinya sedang banyak ia pasti sudah menyembur lelaki itu, tapi tadi ia habis menangis yang membuatnya kehilangan banyak tenaga.

Dan sial, lagi lagi Haris merebut rokoknya bahkan bungkus yang baru saja ia letakan di kursi juga di rampas paksa.

"Haris!!!" Sandra melotot dengan tingkat kekesalan mencapai ubun-ubun, Haris berhasil membuat amarahnya meledak.

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang