SETELAH tiga hari berdiam diri di kamar karena rasa sakit akibat perbuatan Alkana Sandra ahirnya bisa bangkit dari kasur dan berjalan keluar kamar. Beruntung selama ini Rena tidak curiga dengan penyakit yang di derita adiknya, sepenuhnya Rena berpikir Sandra sakit karena luka di kakinya.
"Tante kok jalan-jalan tante sudah sembuh ya?" tanya Pika saat melihat Sandra berjalan terpincang-pincang kearah dapur.
"Sudah dong" jawab Sandra percaya diri.
"Asik! bisa main bareng tante lagi" seru Pika kegirangan sambil mengekori langkah tantenya.
"Kalau tante udah sembuh berarti besok udah bisa sekolah dong" sindir Rena yang kebetulan melintas.
Sandra cemberut mendengar ucapan kakaknya, baru saja ia merasa sedikit lebih baik tapi Rena sudah menyuruhnya sekolah.
"Nunggu lukanya bener-bener kering ya kak. Soalnya masih sakit buat jalan."
"Iya mama kasian tantekan jalannya masih pincang."
Rena menghela nafas panjang lalu tersenyum, terpaksa setuju.
Begitu Sampai di teras belakang Sandra duduk di sebuah kursi di ikuti Pika yang turut duduk disampingnya. Pagi ini cuaca lumayan cerah, Sandra sengaja ingin mencari angin sambil menenangkan diri.
Pemikirannya beberapa hari ini kacau gara-gara Alkana. Apalagi ketika ia mengingat pesan lelaki itu yang seolah bisa meremukan hatinya kapan saja. Sandra memang terlalu berani ikut campur urusan Alkana tapi ia sudah membayar mahal bahkan lelaki itu mendapatkan lebih dari yang seharusnya. Apakah pantas jika Sandra masih harus menerima perlakuan menyakitkan itu?
Ini tidak adil, Sandra tidak terima perlakuan ini. Ia harus mendapatkan lelaki itu. Ya, hanya itu satu-satunya cara agar ia tidak merasa rugi, tapi apa dia mampu? Jangankan menaklukan Alkana berbicara pada lelaki itu saja membuatnya serasa patah hati setiap hari. Sandra menarik nafas dan membuangnya perlahan. Rasanya sesak jika mengingat betapa rumit yang ia rasakan.
Sandra masih menatap kosong kearah taman sambil sesekali melihat Pika yang entah sejak kapan sudah bermain ayunan bersama Mily. Lama-lama Sandra bisa gila jika terus menerus memikirkan lelaki itu tanpa menemukan jalan keluar apalagi titik cerah yang ia temukan hanya abu-abu, kebimbangan.
Ditengah kalut pemikirannya, tiba-tiba Sandra dikejutkan dengan kedatangan Pika yang kemudian duduk dipangkuannya tanpa basa basi.
"Tante..." panggil Pika dengan satu tangan menggendong Mily dan tangan satunya mengelus pucuk kepala kucingnya "gimana kalau misalnya Pika minta beliin kucing lagi?"
Sandra yang tadinya bengong mau tidak mau langsung bersuara "Emang Mily kenapa?" tanya Sandra sambil ikut ikutan mengusap Kucing berbulu tebal di pangkuan keponakannya.
"Ya biar Mily ada temannya tante, kan kasihan Mily sendirian."
"Kan ada Pika yang nemenin Mily" sahut Rena dari dapur.
"Ish mama. Tapikan Pika maunya Mily punya keluarga biar Mily senang dan nggak kesepian."
"keluarga?" alis Sandra berpaut tidak mengerti.
"Iya tante, Pika maunya nanti beli kucing cowok biar Mily bisa hamil terus punya anak deh. Jadi nanti Mily punya keluarga, sama kayak Pika."
Sandra diam beberapa saat kemudian manggut-manggut. Ada benarnya apa yang di katakan oleh Pika dan itu sedikit berkaitan dengan hidupnya.
Sejak dulu Sandra ingin memiliki keluarga tapi tidak mungkin jika mengginginkan ibunya hidup kembali apa lagi mengharap ayahnya pulang.
Selama ini Sandra selalu kesepian, tapi siapa tau dengan kehadiran seseorang ia tidak akan merasa kesepian lagi. Apalagi jika ia sudah menikah maka otomatis dia memiliki keluarga. Dan satu-satunya orang yang bisa mewujudkan mimpinya adalah Alkana. Tentu Sandra tidak mau di rugikan, lelaki itu telah mengambil banyak keuntungan darinya dan ia harus bertanggung jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER
Teen FictionSetelah menciumnya secara tidak sopan Alkana juga memaksa Sandra menjalin hubungan denganya. Sebuah kegilaan yang tak mungkin di lakukan oleh gadis itu. Namun siapa sangka waktu dapat mengubah segalanya. Scandal yang menimpa gadis itu membuatnya te...