31. Good boy and Bad girl

1.1K 26 0
                                    

Karena kalian sudah membaca sejauh ini, ok aku bakal up date cerita yang ada di platform sebelah.

Eitszz...

Tapi nggak cuma-cuma ya, setiap part nggak akan di upload jika kalian nggak tulis comment di part sebelumnya. Gimana, gampang kan?

Happy Reading...

***

SEJAK turun dari mobil Alkana dan Sandra sudah menjadi pusat perhatian teman-teman sekolahnya. Apalagi saat Sandra menggandeng lengan Alkana secara terang terangan seolah sengaja mempertegas setatusnya bahwa Alkana adalah kekasihnya yang sah.

"Ish tu cewek kegatelan banget sih?" bisik seorang cewek yang tidak iklas melihat Alkana bersanding dengan gadis yang sudah di cap bad girl disekolahnya.

"Pasti Sandra pinter banget ngrayu Alkana" sahut teman di sebelahnya.

"Iya, sebel banget gue lihatnya."

"Gue rasa Alkana di pelet deh..."

"Mungkin aja."

Langkah keduanya berhenti di depan kelas XII IPA bersamaan dengan itu Alkana juga melepas genggamannya.

"Kok berhenti di sini?" tanya Sandra dengan nada yang dibuat manja.

"Ini kelas gue?" sahut Alkana datar.

Sandra menggeleng dengan bibir manyun beberapa senti, "anterin gue kelas?" rengeknya kemudian.

"Nggak!"

"Ayolah Al, nanti gue di godain sama buaya-buaya darat disini. Lo kan pacar gue harusnya lo lindungin gue dong. Ya anterin gue ya?" rayunya.

Alkana menghela napas, sepertinya yang ia lakukan kemarin adalah kesalahan besar. Mendekati Sandra sama halnya dengan membuat Sandra semakin gencar mendekatinya dan yang lebih parah gadis itu berkuasa atas dirinya.

"Diam tanda setuju. Ayo..." Sandra menautkan lagi tangannya di sela jemari Alkana lalu mengayunkan kaki menuju kelas.

"Dasar cewek gatel..." umpat seorang cewek yang melewatinya.

"Mata Alkana kayaknya bermasalah."

"Nggak setara banget tu cewek sama Alkana."

Mustahil jika Sandra tidak mendengar ucapan-ucapan itu. Sandra mendengar, sangat jelas tapi ia menulikan telinganya. Selama ini ia memang hidup seperti itu, di puja-puja oleh kaum Adam dan di pandang hina oleh kaum hawa. Sandra menganggap orang-orang yang membencinya hanyalah angin lalu. Waktunya lebih berharga dari pada menanggapi orang-orang itu. Lagipula Sandra hidup bukan untuk mereka, Jadi Whatever.

"Bisa nggak kalau jalan nggak usah mepet-mepet" sinis Alkana saat semakin lama Sandra semakin mengeratkan pegangannya.

Sandra menggeleng cepat, "nggak" katanya lalu nyengir membuat Alkana jengah melihatnya.

Dari arah berlawanan tanpa sengaja beberapa teman dari kelas Alkana berjalan melewatinya namun tatapan Tiga orang itu membuat Sandra tidak nyaman.

"Apa lo lihat lihat!" ucap Sandra galak seraya berhenti di depan orang-orang itu, "mau gue colok mata lo!"

Cewek berbadan paling kurus lalu berkata, "emang kita, lo yang nggak bisa lihat. Alkana terpaksa tau mau pacaran sama lo!" tantang cewek itu.

Sandra mendongak menatap pacarnya, dan Alkana masih memasang wajah asli andalanya, datar.

"Bilang aja lo sirik karena nggak laku ya kan?"

Cewek gendut yang berdiri di belakang itu maju. "Jomblo lebih terhormat dari pada maksain cowok kayak lo."

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang