3. Rayuan Maut

5.5K 117 0
                                    

        SEJAK istirahat pertama hingga jam terahir Sandra belum masuk ke dalam kelasnya ia malah memilih menyendiri di rooftop sekolah, kali ini ia tidak bersama Audi dan Kanaya karena teman temannya sibuk dengan pacarnya masing-masing, hanya puntung rokok di tangannya yang menemani Sandra sejak tadi.

Sandra menghembuskan nafas di iringi kepulan asap yang keluar dari hidung, ada sedikit ketenangan yang ia rasakan ketika berada di tempat itu.

Krrrrring...

Sandra tersenyum mendengar bunyi bel yang sejak tadi ia tunggu. Sandra bangkit dari duduknya seraya menginjak puntung rokok yang tersisa Dua senti lalu bergegas menuruni anak tangga.

Di sela perjalanan menuju kelasnya Sandra bertemu dengan puluhan para siswa yang melewatinya, tak jarang dari mereka melempar rayuan, menggodanya atau sekedar menatapnya penuh birahi namun Sandra sama sekali tidak menanggapi ucapan sampah dari para buaya itu.

Tapi ada satu cowok yang menarik perhatiannya yaitu Alkana, cowok itu berjalan santai dengan tangan kiri dalam saku dan ransel yang ia kaitkan satu di pundak sedangkan tangan kanannya sibuk mengotak atik ponselnya.

Sandra melipat tangannya di dada lalu berhenti tepat di depan Alkana, merasa ada yang menghalangi langkahnya Alkana mengangkat wajahnya melihat siapa orang yang telah mengganggu perjalanannya.

"Eh ada cupu..." sapa Sandra seraya menatap lelaki itu.

Mendengar itu Alkana bergeming melewati Sandra, baginya Sandra hanya orang tidak jelas yang tidak perlu ia layani.

Sandra memutar arahnya menatap punggung cowok itu, "lo jual garam ya?" tanya Sandra.

Alkana berhenti kemudian menyimpan ponselnya dalam saku, "bukan urusan lo" jawabnya tanpa menoleh.

"Jadi bener?" Sandra mendekati Alkana dan berdiri di depannya, "boleh juga ya nyali lo, gue pikir lo cuma cowok cupu yang harus di dongengin sebelum tidur tapi ternyata lo lebih liar dari Srigala."

Alkana menatap malas kearah Sandra, waktunya terlalu berharga untuk ia buang percuma. "Gue lagi nggak waktu, jadi lo minggir"

"Gimana kalau seandainya satu sekolah ini tau apa profesi lo, gue yakin pasti bakal heboh."

Alkana melanjutkan langkahnya, "lakuin aja apa yang lo mau."

Dengan percaya diri Sandra masih mengekori Alkana, ia tidak pernah di abaikan sebelumnya dan sikap dingin lelaki itu membuatnya merasa tertantang.

"Gimana kalau gue laporin lo ke kantor polisi," Sandra seraya menyamai langkah Alkana.

"Terserah" Alkana mempercepat langkahnya.

Sandra berdecak sebal mendengar ucapan cowok itu ia pikir akan mudah menakut-nakuti Alkana ternyata tidak.

"Ok kalau lo emang pasrah sama apa yang gue lakuin tapi semoga aja lo nggak nyesel karena gue nggak pernah main main!" pekik Sandra namun cowok itu tidak perduli.

***

Keesokan harinya.

     Alkana baru saja tiba di sekolah namun di sepanjang perjalanan menuju koridor ia di tatap aneh oleh orang orang yang melewatinya.

"Nggak nyangka gue kalau ternyata dia jual kayak gitu," bisik seseorang seraya melirik Alkana.

"Iya kelihatannya aja polos nggak taunya dalamnya busuk" jawab teman di sebelahnya.

Alkana menautkan alisnya ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan cewek itu.

Tak lama kemudian tatapannya tertuju pada orang-orang yang berkerumun di depan papan informasi, tanpa pikir panjang Alkana langsung berlari menuju tempat itu. Dan benar itulah sebabnya mengapa orang orang yang ada di sekelilingnya tadi mencibirnya.

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang