9. Tamu Tak Diundang

2.9K 83 0
                                    

          ALKANA membaringkan Sandra di kasurnya, lalu menarik selimut memberi kehangatan untuk gadis malang itu. Sandra hanya terpejam tanpa menyadari bahwa saat ini ia sudah berada di rumah Alkana.

Sebelum Alkana bergeming Alkana melihat pipi merah di wajah Sandra dan tergambar jelas bekas jari tangan.

"Pengecut itu main tangan rupanya" gumam Alkana seraya mengusap wajah damai gadis itu.

Tak lama kemudian Sandra memiringkan kepalanya seakan memamerkan leher mulusnya pada Alkana, tapi sayang di leher itu sudah ada sebuah karya dari Reza.

Alkana duduk di pinggiran kasur seraya mengamati leher mulus yang terpajang bercak marah, "Gadis malang" gumamnya lagi. Alkana menyempitkan jarak wajahnya memiringkan kepala gadis itu kearahnya memeriksa seberapa banyak karya yang di tinggalkan lelaki kurang ajar itu.

Setelah meneliti keseluruhan wajah beserta leher gadis itu Alkana tidak menemukan apa apa, ia hanya menemukan satu bercak merah di leher Sandra. Sepertinya Alkana mulai mengerti dari mana asal kis mark milik Sandra yang ia lihat beberapa minggu lalu, dari mana lagi asalnya kalau bukan dari lelaki itu.

Alkana masih duduk di tempatnya menatap Sandra yang masih terlelap, "Apa dia secantik itu?" batin Alkana.

Matanya tak lepas dari Sandra mengamati setiap inci gadis itu, baru kali ia merasa terpesona dengan lekuk wajah cantik seorang gadis. "Dia benar-benar cantik rupanya" semakin lama ia pandangi gadis itu Sandra terlihat semakin manis yang membuat Alkana akhirnya menyerah dan mengakui jika Sandra memang sangat cantik.

Entah mendapat keberanian dari mana Alkana lalu meniadakan jarak di wajahnya dan mengecup sekilas bibir ranum yang sejak tadi menggodanya. Sialnya belum sempat Alkana memberi jarak pada bibirnya Sandra sudah melingkarkan kedua lengannya di leher Alkana yang membuat Alkana mengerjap beberapa kali, ia tertangkap basah.

Alkana melirik kearah Sandra, untungnya ia masih terpejam. Melihat itu Alkana melanjutkan kegiatannya dan mengeksplorasi kecupannya lebih dalam pada bagian yang ia sukai. Alkana berharap Sandra tidak mengingat kejadian itu.

Alkana kita tidak tau apa yang membuatnya begitu menginginkan Sandra, hasrat itu muncul begitu saja tanpa mampu ia kendalikan

***

       Sandra membuka matanya ketika merasakan cahaya matahari menelisik indra penglihatannya, ia bangkit dari kasur seraya memegangi kepalanya yang masih terasa berat.

"Gue dimana?" Sandra menatap ke sekeliling ruangan itu, seingatnya semalam Alkana mengantarnya pulang tapi mengapa pagi ini ia berada di tempat yang tampak asing baginya.

"Rumah gue" sahut Alkana, ternyata saat itu ia tengah berdiri di depan cermin seraya merapikan bajunya.

Sandra terkejut lalu meraih selimut dan menutupi tubuhnya. Sandra hanya menggunakan tengtop ia tidak tau kemana perginya jaket jeans yang semalam ia kenakan.

"Kenapa gue bisa di sini?" tatapan matanya mengikuti Alkana yang mondar mandir mempersiapkan buku dan beberapa alat tulisnya.

"Setelah gue pulang gue harap lo udah pergi."

Merasa ucapan Alkana tidak menjawab pertanyaannya Sandra bertanya lagi, "Lo balik lagi semalam?"

Alkana menggunakan ranselnya lalu melirik sekilas kearah Sandra dan melangkah keluar. Sandra berdecak sebal melihat lelaki menyebalkan itu, "Apa susahnya sih tinggal jawab, sok jual mahal!" dengusnya kesal sendiri.

Sandra bangkit dari kasur lalu berjalan kearah kamar mandi, saat ia melewati cermin langkahnya terhenti. Sandra merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya.

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang