39. Wanita Utusan Hema

622 17 0
                                    

"Jangan bawa koper, kakakmu sudah datang dari tadi" ucap Reza pada gadis yang tengah melepas seatbelt.

Sandra menghentikan gerakannya.

"Aku nggak ngomong apapun sama kakakmu. Kamu aman" imbuhnya.

Sandra melengos, lalu turun dari mobil. Dia tidak harus senang dulu aman dari amukan Rena, sebab di balik semua itu ia harus tetap berhati-hati. Lelaki yang satu itu sulit untuk dipercaya, mustahil Reza berbuat baik padanya tanpa mengharap sebuah imbalan.

Langkah panjang gadis itu berhenti di depan pintu dan tubuhnya berbalik saat melihat sebuah mobil terparkir di samping mobil kakaknya. Sebuah mobil tua bermerek Toyota Corolla DX namun masih terlihat begitu terawat. Sandra tidak tau siapa pemilik mobil itu tapi jika melihatnya ia jadi teringat ayahnya. Dulu ayahnya gemar mengoleksi barang-barang antik seperti mobil itu contohnya.

Pandangannya beralih ketika sebuah teriakan anak kecil memenuhi gendang telinga.

"TANTEEE!!!" panggil Pika dengan seyuman paling ceria se-Nusantara di iringi tatapan penuh binar yang tertuju padanya.

"Pika kangen" katanya seraya memeluk pinggang gadis cantik berseragam SMA.

Merasa tidak nyaman di peluk dengan posisi berdiri, Sandra ahirnya duduk bertumpu pada lutut dan memeluk keponakannya.

"Tante juga kangen" jawab Sandra tak kalah senang.

Aroma khas bedak My baby bercampur minyak telon menyusup penciuman, wangi khas yang tak pernah berubah sejak beberapa tahun lalu. Aroma Pika bahkan lebih menenangkan dari pada lantunan musik melow yang sering ia dengar sebelum tidur. Tidak bisa di pungkiri Sandra sangat merindukan keponakannya.

Setelah beberapa saat hening dalam pelukan Pika ahirnya menarik diri.

"Tante kok pulang sekolahnya lama sih?" ujar Pika dengan nada di buat manja.

"Tadi di jalan macet sayang...." Reza yang tengah melintas ikut menyahut.

"Pantesan tante lamaaa... banget."

Sandra tersenyum lalu mengulurkan tangannya menyelipkan anak rambut di belakang telinga. "Gimana liburannya, seru nggak?"

Pika mengangguk cepat, "Seruuu banget" Pika amat yakin.

Bibir Sandra tertarik lucu menanggapi tingkah keponakannya yang menggemaskan.

Reza yang masih berdiri di antara mereka tersenyum sekilas lalu mengusap pucuk rambut putrinya dan berlalu memasuki rumah.

"Tante Pika bawa oleh-oleh loh buat Tante?"

"Apa?"

Pika bukannya menjawab malah menarik lengan Sandra.

"Ayo tante ikut." Pika membawa Sandra memasuki rumahnya, "Pika beliin Tante kucing. Tante suka nggak?"

Seharunya Sandra sudah menebak apa yang ada dalam pikiran Pika. Tak ada yang lebih menarik baginya kecuali seekor kucing.

"Main kucingnya nanti ya sayang Tante biar nemuin tamunya dulu?" pinta Rena kemudian seraya mendekati putrinya.

Pika menatap ibunya kecewa, ia terlalu bersemangat untuk menunjukan kucing barunya pada Sandra sampai lupa jika di rumahnya ada tamu yang sejak tadi menunggu kehadiran tantenya.

"Iya ma. Tapi tante janji ya habis ini harus main sama Pika?" rayunya dengan tatapan sayu.

"Iya. Janji...." Sandra mengacungkan jari kelingking tanda kesepakatan kalau ia pasti menepati janjinya.

Tanpa berpikir lagi Pika langsung mengaitkan jari mungilnya dengan milik Sandra. Keduanya kemudian tersenyum, sepakat.

"Jangan lama-lama ya Tante" pesan Pika dan hanya di balas anggukan oleh Sandra.

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang