LELAKI itu mencumbu bibirnya dengan rakus seakan tiada lagi hari esok namun beberapa detik kemudian terdengar suara yang membuat lelaki kurang ajar itu menghentikan kegiatannya.
"Ayah...." panggil Pika.
Sandra menghela nafasnya mendengar suara itu, harapannya untuk terlepas dari lelaki itu semakin besar.
"Ayah... hiks, hiks" Pika tampak menangis seraya melangkah menjauh dari toilet, "tante... !!" panggil Pika lagi.
Reza melepaskan cengkraman tangannya namun sebelum ia pergi Reza mendaratkan ciumannya sekilas "kita belum selesai," katanya, lalu melangkah pergi.
Reza berlari kecil menghampiri putrinya di sudut jalan, "sayang kenapa di sini, kan ayah udah bilang tunggu di sana?"
Pika langsung berdiri dan memeluk ayahnya, "tante nggak ada yah, tante kemana?" kata pika di sela tangisannya.
Reza tampak berpikir sejenak, kemudian ia berkata "mungkin tante nyari baju, gimana kalau kita cari sama sama?"
Pika mengangguk setuju seraya menyeka air matanya. Reza lalu menggendong putrinya meninggalkan tempat itu.
***
Sandra menangis sesegukan dalam mobil, ia tidak perduli apa pendapat sopir online yang melirik kearahnya beberapa kali, Sandra hanya ingin menangis saat itu. Sandra merasa membenci dirinya sendiri, mengapa harus ia yang di perlakuan seperti ini dan mengapa lelaki itu harus suami dari kakaknya.
Apa masih kurang penderitaannya selama ini? entahlah mungkin itu sebuah karma untuk Sandra karena sering memperlakukan lelaki seenaknya, tapi ia melakukan semua itu bukan tanpa alasan melainkan karena lelaki itu yang terlebih dahulu menyakitinya.
Sejatinya dendam tak pernah ada gunanya hanya memberi kepuasan sementara sedangkan karma masih terus berjalan mengikuti alur.
Mobil itu berhenti di depan sebuah rumah, Sandra lalu turun dan melangkah mendekati pintu pagar. Rumah yang ia datangi bukan rumah Audi atau Kanaya melainkan tempat tinggalnya dulu.
Tempat di mana Sandra di besarkan, tempat dimana Sandra masih bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki keluarga yang utuh. Sandra rindu semua itu, rindu ibunya, ayahnya yang dulu dan Rena yang dulu. Semua kenangan yang pernah Sandra lalui di rumah itu muncul begitu saja dalam ingatannya, membuat dadanya terasa sakit karena menahan sesak yang luar biasa.
Sandra menatap kosong kearah rumah besar itu sambil sesekali mengusap air matanya, ia tidak tau rumah itu di huni atau tidak tapi setiap kali Sandra datang ia tidak pernah melihat siapa pun.
Sandra menyentuh pintu pagar itu lalu mendongak menatap kearah lantai dua berharap menemukan seseorang di sana tapi rumah itu sangat sepi seolah tidak berpenghuni. Sampai pada ahirnya Sandra melihat sebuah motor berhenti di depannya.
Lelaki itu turun dari motor seraya membuka helemnya, "Lo ngikutin gue?"
Sandra terperangah saat mengetahui lelaki itu adalah Alkana, "Ng.. nggak!"
Alkana mendekati Sandra dan menatap mata merah dengan cairan bening yang membasahi pipinya. Merasa Alkana memperhatikanya Sandra lalu menyeka air matanya.
"Terus lo ngapain di sini?" tanya Alkana penuh selidik.
"Ini rumah lo?"
Alkana menatap intens gadis cantik di depannya, mencari tau rencana apa di balik tatapan tidak mengerti gadis itu.
"Lo pikir gue nggak tau, lo tadi ngikutin gue di mall kan? dan sekarang tiba-tiba lo ada di depan rumah gue, lo sengaja ngikutin gue?"
"Jadi ini rumah lo?" Sandra kurang yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER
Teen FictionSetelah menciumnya secara tidak sopan Alkana juga memaksa Sandra menjalin hubungan denganya. Sebuah kegilaan yang tak mungkin di lakukan oleh gadis itu. Namun siapa sangka waktu dapat mengubah segalanya. Scandal yang menimpa gadis itu membuatnya te...