46. Bioskop

661 25 4
                                    

    SANDRA senang bukan main saat Alkana mengajaknya jalan-jalan sepulang Sekolah. Yang ada di fikirannya Alkana akan mengajaknya, nonton, pergi ketempat wisata atau makan di tempat yang romantis, memikirkannya saja sudah membuat gadis itu berbunga-bunga.

Tapi sayang itu tidak sesuai dengan kenyataan, karena lelaki itu malah mengajaknya di sebuah tempat yang berbeda jauh dari yang ia bayangkan. Dan disepanjang jalan selama menuju tempat itu sampai pulang Sandra tak henti mengoceh, menumpahkan rasa kesalnya pada Alkana.

Bagaimana Sandra tidak kesal, lelaki itu malah membawanya ke tempat pameran buku. Sandra bersumpah, jangankan ke perpustakaan melihat tumpukan buku pelajaran saja kepalanya sudah terserang migran, sungguh ini adalah mimpi buruk dalam hidupnya.

Belum lagi jika membayangkan Alkana yang akan mengajarinya membuat Sandra ingin segera melarikan diri, tapi harus kemana ia berlari? Sepertinya hari-harinya akan lebih buruk setelah ini.

"Nyesel banget gue percaya sama omongan lo?" dengus gadis itu seraya turun dari mobil.

"Kok lo gue, aku kamunya mana?" Alkana meledek sambil mengekori langkah pacarnya menuju pintu.

"Nggak ada aku kamu aku kamuan, udah ilang" ketusnya dengan wajah galak, sangar dan kesal bertubi-tubi.

Alkana tergelak, puas karena dendamnya terbalaskan. Tak ada maksud lain dari Alkana melainkan ingin membuat gadisnya marah, sama seperti yang Sandra lakukan tadi di sekolah.

"Gue pikir lo mau ngajakin ke tempat wisata, dinner romantis atau setidaknya nonton gitu, tapi apa? malah ke pameran buku, ngapain coba nggak penting banget," Sandra bersidekap dengan perasaan dongkol yang luar biasa.

Alkana menghela nafas lalu berhenti di depan pintu.

"Jadi marah nih," tanya Alkana tapi Sandra diam saja.

Tanpa bertanya harusnya Alkana sudah tau jika ia sedang marah, untuk apa bertanya lagi? "Dasar tidak peka!" gerutunya dalam hati.

Alkana menipiskan jarak wajahnya lalu mengecup kening gadis itu.

"Masih marah nggak?"

Sandra diam, kali ini ia menatap Alkana tanpa ekspresi.

Alkana mencium pipi kirinya. "Masih marah ya?"

Sandra mengalihkan pandangannya dengan bibir mengerucut.

Alkana mencium lagi pipi kanannya. "Masih marah juga?"

Sandra masih tidak menjawab. Alkana baru sadar, pacarnya itu benar-benar marah rupanya, jika sudah begini sepertinya ia harus menggunakan cara lain.

Alkana menarik pinggang gadis itu sampai Sandra terkejut, kemudian tanpa aba-aba Alkana menipiskan jarak bibirnya.

Cup

Seharusnya Sandra tidak terkejut tapi gadis itu tetap terkejut. Belum lagi saat tangan lelaki itu menahan tengkuknya membuat Sandra tak bisa berkutik.

Amarahnya perlahan mencair akibat serangan Alkana yang mampu melemahkan pertahanan dirinya.

Tanpa sadar Sandra membuka mulutnya membuat bibir Alkana menerobos masuk dan bergulat dengan lidah. Sandra tidak tau hal gila apa yang ia lakukan tapi semakin hari ia semakin menyukai lelaki itu bahkan saat sedang seperti ini, ia tidak ingin berhenti.

Sandra mengalungkan lengannya di leher Alkana dengan gemetar dan detak jantung memburu, sementara bibirnya terus bergerak membalas setiap perbuatan Alkana yang mampu membuatnya melambung ke udara.

Selang beberapa menit Alkana menarik diri lalu mengusap bibir gadis itu, yang basah karena ulahnya.

"Masih marah?" tanya Alkana dengan suara begitu pelan.

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang