Drrrt... drrrt...
Begitu ponselnya berdering Alkana langsung menyahut benda itu di meja dan menggeser layar berwarna hijau.
Belum genap satu hari ia berpisah dengan Sandra tapi gadis itu sudah menelponnya berkali-kali, Alkana sampai jengah menanggapinya.
Sebenarnya bukan murni Sandra yang menelpon melainkan keponakannya, tapi tetap saja Alkana pusing jika setiap satu jam sekali ponselnya berbunyi, ia serasa di teror.
"Om Al...!"
Suara melengking itu kembali menggema, telinga Alkana sampai sakit mendengarnya.
"Iya Pika, apa lagi?"
Sudah tak terhitung, berapa kali Pika menghubunginya dan ini entah yang keberapa.
"Ini Om, tante Sandra mau ngomong penting katanya."
"Ngomong apa?"
Alkana mendengar Pika dan Sandra berbisik-bisik di seberang sana.
"Al...." Sandra bergumam setelah pembicaraannya dengan Pika berakhir, "Kamu dimana sekarang?"
"Dirumah sayang, kenapa?"
"Dinner yuk, ditempat yang kemarin. Aku masih pengen makan di restoran Jepang."
"Gimana ya?" Alkana bergumam lirih.
"Al, ayolah. Kamu nggak kasian sama aku, ini yang minta bukan aku loh ini yang mau adek bayi...."
"Masak sih...." Alkana meledek, "Emang adek bayinya bisa ngomong gitu?"
"Ish Al, aku serius lagi pengen banget. Kamu nggak mau kan nanti anak kita ileran?"
Alkana tergelak, rasanya geli membicarakan anak dengan Sandra. Angan-angannya seakan melayang terlalu jauh, ia merasa masih terlalu dini untuk membicarakan hal itu, tapi anehnya dari yang ia dengar Sandra seolah biasa saja seolah sudah siap dengan semua itu. Mungkin karena Sandra sedang hamil atau entahlah Alkana tidak tau pasti.
"Kata siapa kalau ngidam nggak di turutin anaknya ileran, itu mitos" sahut Alkana.
"Soalnya dulu waktu kak Rena hamil dia pernah bilang gitu sama Reza, terus Reza turutin apapun permintaan kak Rena, jadi sekarang Pika nggak ileran deh. Jadi kamu mau ya ke restoran Jepang nemenin aku?
"Umm, gimana ya?"
"Ayah Alkana... mau ya?" Alkana mendengar Sandra merengek dari balik ponselnya, "Katanya Ayah sayang sama bunda?"
Alkana tersenyum-senyum sendiri seraya berguling di sofa, sejak kapan Sandra bisa merayu.
"Kamu kok ngomongnya gitu, emang nggak takut kalau Pika dengar?"
"Pika lagi main sama Al, jadi nggak mungkin dia denger."
"Al..." Ralatnya, "Al siapa?"
"Al, kucing."
Alkana diam beberapa saat, "Maksudnya?"
"Iya sayang, jadi Pika itu kasih nama kucing barunya Al."
"Kok bisa? itukan nama aku...." Alkana berceloteh, tidak terima namanya di gunakan untuk nama kucing apalagi Pika tidak meminta izin, ini penghinaan baginya, tapi sayang Sandra tidak perduli, ia malah tertawa sepanjang ocehan Alkana.
"Ganti nggak namanya?"
"Nggak, soalnya Pika bilang nama kamu itu bagus dan cocok buat nama kucingnya."
"Ra... ganti nggak?" protesnya lagi.
"Nggak akan, lagipula itukan kucing kesayangan Pika masak iya aku ganti."
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER
Teen FictionSetelah menciumnya secara tidak sopan Alkana juga memaksa Sandra menjalin hubungan denganya. Sebuah kegilaan yang tak mungkin di lakukan oleh gadis itu. Namun siapa sangka waktu dapat mengubah segalanya. Scandal yang menimpa gadis itu membuatnya te...