"Hai..." Sandra melambai singkat dengan seulas senyum yang masih sama membuat Alkana tersadar bahwa ia sedang tidak bermimpi.
Matanya menatap lekat kearah gadis yang berjarak satu meter. Ia merasa ada yang meledak-ledak di dadanya, tidak menyangka gadis itu akan datang. Tak ada satu katapun yang terucap dari mulutnya hanya sorot mata yang menyorot tajam tak ingin lepas seolah tengah menenangkan hatinya bahwa ia tidak perlu menghawatirkan gadis itu lagi.
Namun sedetik kemudian keningnya mengeryit bingung mengartikan maksud kedatangan gadis itu.
Apa dia baru pulang dari suatu tempat? atau akan berpamitan? tapi mau kemana dia? dan kemana saja ia selama ini? apa dia benar baik-baik saja seperti yang terlihat? atau ada masalah lain? Banyak yang tak terdefinisi di otaknya sampai ia bingung memilih bagian mana yang lebih penting untuk di tanyakan.
"Ngapain lo kesini?"
Ahirnya pertanyaan sinis itu yang keluar dari bibir sexynya setelah melewati peperangan di dada. Sangat tidak sesuai dengan yang ia rasakan.Senyuman gadis itu perlahan memudar, ia juga tampak murung memasang wajah melasnya.
"Gue boleh ya numpang di rumah lo seminggu aja. Kakak gue sama Pika mau liburan dan gue nggak mau tinggal sama Reza. ya-ya please" Sandra menguncupkan tanganya memohon belas kasihan.
"Nggak!" sahut Alkana seketika.
"Al please kali ini aja. Lo tau kan gimana Reza sama gue, gue nggak mau ngerusak rumah tangga kakak gue. Ya boleh ya, gue nggak tau mau minta tolong sama siapa lagi kalau bukan lo."
"Bukan urusan gue" jawab Alkana tak berperasaan.
Sandra cemberut mendengar itu, tapi ia tidak punya pilihan lain. Hanya Alkana satu-satunya orang yang bisa menolongnya.
"Gue janji, gue nggak bakal ngerepotin lo. Gue nggak akan ngepoin lo, gue nggak akan resein hidup lo. Suer" lanjut Sandra dengan tangan membentuk huruf V. "gue bakal jadi penumpang yang baik hati dan tau diri. Ya boleh ya?"
"Nggak ya nggak!" kekeh Alkana seraya menatap jengah kearah gadis itu.
"Gue bisa kok beres-beres rumah kalau lo mau, gue bisa nyuci, nyetrika dan lo juga tau kan gue bisa masak. Jadi boleh kan, boleh dong, boleh ya" Sandra belum menyerah.
Alkana menghela nafas panjang, "Nggak!" katanya lalu menutup rapat daun pintu rumahnya.
Sebenarnya ia bisa menolong gadis itu sangat bisa, mengingat ia yang beberapa hari ini mengkhawatirkan Sandra. Setidaknya dengan sandra tinggal di rumahnya membuat Alkana merasa tenang, tapi sayang bibirnya berkhianat dan bertindak seolah tidak menginginkan gadis itu
Setelah menyesali perbuatanya Alkana mengunci pintu lalu berjalan menuju kamar. Melihat Sandra baik-baik saja membuatnya merasa sedikit lebih baik dari sebelumnya.
Langkahnya terayun mencapai anak tangga paling atas namun kemudian telinganya menangkap suara hujan yang tiba-tiba mengguyur deras di luar sana.
"Sandra?"
Ingatannya seketika tertuju pada gadis itu. Alkana mengurungkan niat dan langsung berbalik arah mencari payung. Sialnya ia sudah berputar-putar ke seluruh ruangan tapi benda itu tidak ia temukan Alhasil ia keluar dengan tangan kosong.Alkana tidak mau terlambat mengejar Sandra, ia tidak akan membiarkan gadis itu pergi dari rumahnya jika cuaca hujan seperti ini. Alkana tidak setega itu.
Alkana melangkah melewati derasnya air hujan sambil menatap ke sekeliling halaman, berharap Sandra belum pergi jauh. Namun di cari dan di cari tapi Alkana tidak menemukan siapa-siapa.
Rasa khawatir yang tadi sempat mereda kini menyerang lagi dan kali ini lebih hebat dari sebelumnya. Alkana keluar melewati pintu gerbang tanpa perduli kini badanya sudah basah kuyup, apapun yang terjadi ia sudah bertekat untuk menemukan Sandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER
Teen FictionSetelah menciumnya secara tidak sopan Alkana juga memaksa Sandra menjalin hubungan denganya. Sebuah kegilaan yang tak mungkin di lakukan oleh gadis itu. Namun siapa sangka waktu dapat mengubah segalanya. Scandal yang menimpa gadis itu membuatnya te...