49. Test pack

783 26 3
                                    

    TERLAMBAT jika Sandra ingin menyesal, kerana semuanya telah terjadi dan ia melakukan kesalahan itu dalam keadaan sadar.

Saat pertama kali Alkana menyentuhnya Sandra menyadari jika itu salah, ia tau tidak seharusnya ia menyerahkan harga dirinya begitu saja tapi biarpun bisikan itu ada tubuhnya berkhianat dan Sandra merespon sentuhan lelaki itu dengan sangat menjijikkan sampai ia lupa diri, dan sekarang dia hamil. Itu seolah kenyataan pahit sekaligus tamparan keras untuknya atas segala perbuatan yang ia lakukan.

Sebenarnya Sandra takut saat memikirkan bagaimana jika Rena mengetahuinya, Ayahnya, dan apa nanti kata teman-temannya jika mengetahui ia hamil di luar nikah, itu pasti memalukan.

Tidak... tidak!!!

Sandra menenggelamkan wajahnya dalam selimut sambil menutup telinganya. Kepalanya sakit mendengar bisikan-bisikan yang terus menyiksanya, kalimat makian atas kebodohan itu terus menyerangnya tanpa henti. Apalagi saat pertanyaan dalam dirinya merong-rong keras dan mempertanyakan 'Mungkinkah Alkana mau bertanggung jawab???'

Tadi Sandra sengaja menghindar dari pertanyaan Alkana, ia tidak mempunyai jawaban. Sandra ragu Alkana mau menerima kehadiran bayinya, meskipun itu anaknya sendiri.

Tok... tok... tok...

Sandra terperanjat mendengar ketukan pintu kamarnya, namun ia tak bergeming malah makin menenggelamkan tubuhnya dalam selimut.

'Tidak, Alkana tidak akan masuk, pintunya sudah terkunci dan Alkana tidak akan mengetahuinya. Semua akan baik-baik saja seperti semula, ya...seperti itu... tenang Sandra... tenang....' Sandra berusaha menguatkan dirinya.

Dan sial, Alkana lagi lagi mengetuk pintu kamarnya.

"Ra, kamu sakit...." pekik Alkana membuat gadis itu semakin gelisah.

"Mengapa Alkana nggak pergi aja sih," rutuknya kesal sendiri.

"Sayang, kita ke dokter kalau sakit!"

Sandra semakin tidak tenang terlebih ketika ia mendengar suara jerit pintu, membuat nafasnya semakin ngos-ngosan. Sandra lupa jika Alkana pasti mempunyai kunci serep.

"Ra...."

Suara Alkana semakin mendekat, seiring dengan suara derap langkah yang terdengar lebih jelas.

"Kamu sakit?" Sandra merasakan kasurnya bergoyang saat di duduki Alkana, "Sayang...." Alkana menyikap selimut yang menutupi tubuhnya.

"Al...."

Begitu selimut itu terlepas Sandra seketika menghambur dalam pelukan Alkana.

"Kenapa sayang kamu sakit? kamu pucat dan... kok... kamu ketakutan kenapa?" Alkana khawatir melihat keadaan pacarnya, yang seperti baru saja melihat hantu.

Hiks.... hiks... hiks...

Sandra mengeratkan pelukannya lalu menangis sesegukan. Mungkin ini saatnya untuk Sandra jujur, karena ia juga tidak mungkin menyembunyikan fakta itu sendirian, Alkana berhak tau. Lagian menurut dari yang ia lihat Alkana sudah mencurigai kehamilannya.

"Al, aku hamil."

Kalimat singkat itu lolos begitu saja, siap tidak siap Sandra harus mendengar jawaban Alkana.

Seketika itu Alkana merasa ada yang berhenti entah itu nafas, aliran darah, detak jantung, atau mungkin waktu yang berhenti berputar. 'Apa, Sandra hamil?' ralatnya dalam diam.

Ternyata Sandra tidak pandai seperti yang ia kira, gadis itu ceroboh, sembrono dan bagaimana mungkin selama ini Sandra tidak melakukan sesuatu untuk mencegah kehamilan. Apalagi mereka sering melakukannya selama tinggal serumah, dasar bodoh.

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang