24. Terlambat

2.6K 67 0
                                    

        SUARA gemercik air hujan masih terdengar merdu seolah bernyanyi di luar sana. Memancing kantuk juga dingin yang tak bisa di abaikan. Itulah sebabnya mengapa malam ini Alkana menggunakan jaket tebal dan panjang, ia kedinginan.

Diruang tengah, didepan televisi Alkana duduk di karpet lantai dengan tubuh bersandar pada pinggiran sofa. Matanya menatap layar televisi sedangkan tanganya terulur memencet tombol pada remote memilih acara yang layak ia tonton.

"Makanan datang," ucap Sandra ceria seraya menurunkan dua mangkuk mi instan dan segelas air putih dari nampan.

Alkana menggeser duduknya memberi tempat untuk gadis itu.

Sandra merebahkan pantatnya di samping Alkana sedangkan tanganya mendorong mangkuk yang sudah di lengkapi dengan sendok dan garpu kearah pacarnya.

"Gue cuma masak mi doang nggak papa ya" tutur Sandra seraya melipat kakinya bersila. "Cuma itu yang ada. Kulkas lo kosong bersih lagi nggak ada isinya. Nggak ada sayuran, bahan bahan makanan atau apa kek. Isinya cuma telor sama air mineral, untung aja gue nemu mi rebus di lemari. Lo belum belanja bulanan ya?" cerocosnya tanpa sungkan.

"Belum" jawab Alkana singkat.

Jangankan belanja bulanan ia sendiri saja tidak pernah menginjak dapurnya selama tinggal sendiri. Alkana selalu makan di luar atau pesan di grab food.

Sandra bergumam, "Pantesan" katanya seraya mengaduk mi kuah di depanya.

Alkana perlahan menyesap kuah mi dari mangkuknya yang seketika menghangatkan tenggorokan. Perut yang sedari tadi keroncongan kini sudah tertolong. Alkana tidak pernah pilih-pilih makanan asalkan enak apapun pasti ia makan. Apalagi di saat seperti ini, tidak ada yang mengurusnya kehadiran Sandra sedikit berguna untuknya.

"Enak?" Sandra seraya menatap kekasihnya ingin tau.

"Lumayan. Bisa di makan" sahut Alkana datar.

Sandra melengkungkan bibirnya, "bagus deh" ujarnya lalu menyuapkan mi kedalam mulutnya.

Keduanya menikmati makan malam dengan hikmat seraya menatap layar televisi.

Ini bukan pertama kalinya Sandra melihat Alkana jinak dan tenang tapi Sandra suka Alkana yang seperti ini. Tidak seperti Alkana beberapa menit yang lalu.

Disisi lain lelaki berambut acak-acakan itu beberapa kali melirik gadis di sampingnya. Bahkan ketika sedang makan senyum manis di wajah Sandra tidak pudar. Gadis itu terlihat lain dari biasanya, ia terlihat lebih bahagia.

Alkana fikir selama ini Sandra marah padanya tapi ternyata tidak. Buktinya Sandra datang dan meminta bantuannya. Apakah benar gadis itu tidak marah? Atau, ia sedang merencanakan sesuatu untuk memaksanya bertanggung jawab? Entahlah.

Ukhuk... uhuk...
Makanan yang lolos dari penggilingan tiba-tiba nyangkut di tenggorokan. Sandra langsung mendorong gelas air putih pada Alkana.

Tanpa babibu Alkana langsung mengambil minuman itu dan meneguknya sampai yang mengganjal di tenggorokan mendarat dengan sempurna.

"Pelan pelan makanya" ucap Sandra dengan sorot mata tak beralih dari layar di depan.

Alkana hanya diam lalu meletakan gelasnya  di meja sedangkan pandanganya tak lepas dari Sandra.

Gadis berambut pirang itu menoleh bingung mengapa Alkana menatapnya tanpa berkedip namun sesaat kemudian ia beralih pada layar televisi.

"Lo tadi sekolah?" tanya Sandra.

"Sekolah."

Gadis itu manggut-manggut lalu meletakan sendoknya dan meraih air minum yang ada di samping Alkana. Sepertinya ia sengaja ingin meminum air di gelas yang sama.

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang