Seperti biasa suasana kantin sekolah tak pernah sepi dalam kondisi apapun. Apalagi jam istirahat seperti saat ini sangat penuh, sampai Alkana yang baru datang bersama Jery kebingungan akan duduk dimana, semua kursi terisi dengan para manusia yang kelaparan.
"Jery?" salah seorang melambai di sela kepanikan mereka, "Sini, masih kosong!" lanjut cewek itu yang tak lain adalah Riska.
Jery tersenyum, dan sebelum beranjak ia beralih pada temannya. "Ayo, kesana. Pacar gue manggil."
Alkana melirik Jery malas, ia merasa Jery akan balas dendam padanya karena dulu Alkana pernah mengajaknya makan bertiga bersama Sandra, dan Jery hanya menjadi obat nyamuk. Miris.
Kini posisinya sama persis seperti Jery dulu, jones. Ralat, mungkin lebih tepatnya hanya ngenes tidak jomblo. Sebab setatusnya pada Sandra masih pacaran.
"Ogah, gue ngantri aja," Alkana berdiri di samping etalase menunggu mukjizat siapa tau sebentar lagi ada yang selesai makan lalu pergi.
"Al... lo tau kan, kantin itu definisi surga di sekolah. Jadi lo mau nunggu sampai Dua jam juga tempat ini nggak akan sepi, udahlah ayok. Emang lo mau mati kelaparan, kalau gue sih ogah," Jery berucap seraya melangkah menghampiri pacarnya. Setelah berpikir beberapa saat terpaksa Alkana ikut.
Sebelumnya Jery sudah menceritakan hubungannya dengan Riska sedetail detilnya bahkan sebelum Alkana sempat bertanya. Iseng-iseng berhadiah, begitu kata Jery ketika mendapatkan Riska. Sebab waktu Jery menyatakan cintanya ia tidak begitu yakin, dan ia tidak menyangka Riska mau menerimanya. Membuat Jery serasa ketiban durian runtuh.
Setelah Alkana duduk di meja yang sama dengan Riska kurang lebih lima belas menit Jery sibuk bercengkrama dengan pacarnya, persis seperti dugaan Alkana sebelumnya, ia dicampakkan. Padahal menu yang mereka pesan belum sampai. Demi apa kini Jery lebih mementingkan Riska dari pada makanan, sulit di percaya.
"Oh iya Al, sekarang Sandra dimana?" Riska tiba-tiba bertanya. Alkana yang tadinya bermain ponsel agar di kira ada kerjaan kini mengangkat kepala.
"Di... Sing..."
"Ini dia pesanannya, makasih ya pak!" ucap Jery pada sang penjual dan di balas senyuman singkat lalu penjaga kantin itu berlalu.
"Udah ayok makan, cerita mulu" lanjut Jery.
Alkana menoleh, melihat Jary dengan tatapan bertanya. Dia bingung mengapa Jery memotong ucapannya.
"Gue denger denger Sandra di keluarin ya dari sekolah, bener nggak sih?" Riska bertanya dengan polosnya, tanpa menyadari disana Jery tengah berusaha agar tidak menyebut nama Sandra di depan Alkana.
"Pak sambel!" Jery berteriak pada pelayan kantin. "Sama es jeruk ya satu. Al lo mau minum apa?" Jery menyikut lengan Alkana yang tengah mengaduk aduk mangkok baksonya.
"Sama-in aja," jawabnya pasrah. Bisa Jery pastikan Alkana sudah termakan dengan informasi yang baru saja dia dengar dari Riska.
"Es jeruknya Dua pak!"
Setelah mendapat anggukan dari sang penjual Jery kembali berkutat pada makanannya.
"Beneran ya Al?" Riska sampai mencondongkan tubuhnya, dengan sorot mata penuh tanda tanya.
Alkana diam, sebenarnya ia juga baru tau soal itu dan ia cukup terkejut mendengarnya. Walaupun seharusnya ia tidak heran, Sandra hamil dan tidak mungkin sekolah masih mau menerimanya. Di sana Alkana merasa bodoh, untuk apa ia menunggu kehadiran Sandra di sekolah sementara dia sendiri tau jawabannya, sia-sia.
"Mau nggak?" Jery menyendokkan pentol bakso dan mengarahkan pada Riska.
Riska menggeleng, "Gue udah..."
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER
Teen FictionSetelah menciumnya secara tidak sopan Alkana juga memaksa Sandra menjalin hubungan denganya. Sebuah kegilaan yang tak mungkin di lakukan oleh gadis itu. Namun siapa sangka waktu dapat mengubah segalanya. Scandal yang menimpa gadis itu membuatnya te...