5. Obat Penenang

4.7K 89 0
                                    

         SEUSAI mencuci wajahnya Sandra menatap dirinya dalam pantulan cermin, ia baru menyadari betapa bodohnya yang ia lakukan, karena pasrah di perlakuan kurang ajar. Hanya karena sentuhan Alkana membuat otaknya tidak bekerja dengan benar.

"Kenapa gue mikirin cowok itu terus sih?" Sandra menepis ingatannya tentang Alkana, ia merasa mulai gila karena terus mengingatnya.

Sandra memutar kran lalu mencuci tangan, setelah selesai ia menarik tisu dan mengusapkan pada tangannya, Sandra kemudian merapikan pakaiannya dan menyibakan rambutnya di satu sisi. Setelah merasa cukup rapi Sandra melangkah kearah pintu seraya membuang bekas tisunya pada kotak sampah. Bersamaan dengan itu Sandra mendengar percakapan beberapa orang yang hendak memasuki toilet.

"Gue yakin pasti cewek gak bener itu yang ngrayu Alkana."

"Iya gue juga mikirnya gitu, lagian nggak mungkin kan Al mau sama cewek kek Sandra?" sahut temannya.

"Hebat banget ya tu cewek sampai bisa ngrayu Alkana sampe Alkana mau di gituin, ish kalau gue amit-amit deh?"

Mendengar itu Sandra langsung membuka daun pintu toilet dan menghempaskan ke tembok.

Brakkk...
Ketiga cewek itu terkejut bukan main saat melihat Sandra tiba-tiba muncul di depannya.

"Ngomong apa lo barusan!" Sandra melotot seraya berkacak pinggang.

Tiga cewek itu hanya diam dan menunduk tidak berani menatap cewek liar di depannya.

"Hati-hati ya kalau ngomong!" kecam Sandra penuh peringatan, "lo pikir gue nggak laku apa sampek godain cowok, masih banyak lagi cowok yang mau ngemis-ngemis ke gue" Sandra menatap kesal Tiga cewek itu.

"Asal lo lo lo tau ya" Sandra menunjuk satu satu cewek itu, "Yang maksa supaya gue mau pacaran sama Alkana itu dia sendiri, jadi jaga mulut lo jangan asal ngatain orang!"

"Masak sih Alkana mau sama cewek nggak bener kayak lo?" salah satu cewek itu memberanikan diri.

Sandra mengangkat bibirnya sebelah, lalu bersidekap. "Lo pikir Alkana cowok bener, Alkana bahkan lebih buruk dari gue."

"Maksud lo?" cewek paling gendut di antara kedua temannya itu tampak tidak mengerti.

"Apa lo nggak tau kalau sebenarnya Alkana itu pengedar?"

"Gue nggak percaya, dia pasti di fitnah orang. Gue yakin kok Alkana cowok baik baik" imbuh cewek itu tak mau kalah.

Sandra menyibakan rambut yang menutupi wajahnya kebelakang, tak habis pikir "udah jelas jelas ada buktinya?"

"Foto kan bisa di edit."

"Astaga" Sandra menepuk jidatnya, sesuci itukah Alkana di mata orang orang? Sandra semakin jijik pada cowok itu. "Ok terserah kalian ya terserah, yang penting gue udah kasih tau yang sebenarnya." ucap Sandra lalu melangkah pergi.

"Tinggal ngaku aja kalau emang lo yang ngrayu dia susah banget sih?" kata cewek gendut itu lagi.

Sandra memutar arahnya "Heh.. lo pikir gue kayak kalian apa punya muka pas pasan, gue tinggal milih kali siapa yang mau gue pacarin termasuk Alkana. Jadi kalian nggak usah ngerusuhin urusan gue?"

Sandra mendekati tiga cewek itu seraya mengamati ketiganya dari ujung kaki hingga ujung rambut, "Kecuali kalau kalian ngiri sama gue karena kalian nggak cukup cantik buat di lirik sama Alkana."

Ketiga cewek itu saling pandang kemudian salah satunya berkata, "Udah yuk tinggalin aja?" cewek itu mengajak kedua temannya memasuki toilet, temannya hanya mengangguk menurut.

"Huu... nggak laku aja sok sokan!" gerutu Sandra kesal seraya meninggalkan tempat itu.

Sandra berjalan menuju kantin, selama di perjalanan ia di tatap horor oleh teman teman di sekelilingnya tapi bukan Sandra namanya jika takut di perlakuan seperti itu. Sandra malah beberapa kali menyibakan rambut panjangnya ke belakang, seraya tersenyum menebarkan pesonanya yang memabukkan.

"Sayang...!"

Panggilan manis dengan suara cempreng itu menghentikan langkahnya.

"Apa?" jawab Sandra ketus.

Lelaki yang menghadang langkah Sandra itu mengulurkan sebuah kado, "Selamat ulang tahun" Haris seraya mengembangkan senyuman termanisnya.

Sandra hanya terpaku menatap kotak segi empat pemberian pacarnya, sejak lima tahun yang lalu setelah ibunya meninggal tidak ada yang pernah mengingat hari ulang tahunnya kecuali dirinya sendiri.

"Telat," Sandra mengalihkan pandangannya menatap kearah lain.

Haris menunduk dan menarik kembali kado yang semula terulur, "Maaf..." sesal Haris.

Orang orang yang melihat kejadian itu hanya menatap iba pada Haris, sudah jelas jelas Sandra gadis berkepala batu dan tak memiliki hati tapi tetap saja Haris mau mendekatinya.

Di sisi lain tempat itu ternyata Alkana melihat apa yang tengah di lakukan Sandra pada Haris, kebetulan mereka berada di depan kelas Alkana.

"Aku sebenarnya ingat kok tapi bingung mau kasih kado kamu apa, aku takut kamu nggak suka. Lagian kamu kan udah...."

"Udah apa?" Sandra tidak sabar mendengar ucapan laki laki itu, Haris berkata sangat lambat dan lembek.

"Kamu kan udah punya semuanya?"

Sandra tersenyum kecut, kalimat itu seolah menghinanya. Di bagian mana yang Haris katakan sudah memiliki semuanya? sepertinya Haris tidak mengenal Sandra dengan benar.

Sandra meraih kado pemberian Haris, "Apa ini?"

Haris terbelalak melihat Sandra meraih pemberiannya, "Kamu buka aja" Haris seraya tersenyum kegirangan.

Sandra membuka tutup kado itu dan meraih benda yang tak asing di matanya.

"Kamu nggak suka ya?" tanya Haris, takut Sandra akan membuang kadonya.

Sandra melirik pacarnya, "Ini buat apa?" Sandra memamerkan Dreamcatcher pemberian Haris, ia sering melihat benda itu tapi tidak tau apa fungsinya.

"Itu cuma hiasan sih" Haris seraya menunduk malu.

"Itu bukan sekedar hiasan" sahut jery yang kebetulan melintas.

"Maksud lo?" Sandra menatap cowok tak di undang itu dengan tatapan tidak mengerti.

"Ini namanya penangkal mimpi, hanya mimpi indah yang berhasil masuk ke lubang ini," Jery menunjuk lubang kecil di tengah lingkaran, "Biasanya ini di gantung di kamar, dan itu artinya Haris nggak mau liat lo mimpi buruk" jelasnya.

Haris mengangguk mendengar perkataan Jery, ia terlalu takut untuk sekedar berkata-kata.

Sandra memasukkan dreamcatcher itu pada tempatnya "Gue terima, makasih" ucapnya lalu bergeming dari tempat itu.

Haris senang bukan main melihat Sandra menerima pemberiannya, padahal ia sudah berfikir jika Sandra akan membuangnya tapi ternyata tidak.

"Makasih ya Jer, udah mau bantuin" kata Haris dengan raut wajah berseri seri.

Jery mengangguk, "Udah lihat instagram belum?" tanya Jery kemudian.

Haris menggeleng, "Aku nggak bawa HP."

Jery menepuk pundak cowok lemot itu lalu berkata, "Habis pulang dari sekolah jangan lupa langsung di cek ya, tapi sebelumnya lo harus minum obat penenang dulu."

"Kenapa?" Haris memasang wajah bloon adalanya.

"Nggak papa buat jaga jaga."

"Iya" Haris menurut.

Melihat itu Jery lalu memasuki ruangan kelasnya dan duduk di samping Alkana.

"Rencana lo selanjutnya apa?"

***

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang