15. Tatapan Sengit

2.1K 71 0
                                    

RENA menoleh kearah adiknya yang sedaritadi mengalihkan pandangan pada kaca mobil menatap orang orang di jalanan dengan tatapan kosong.

Setelah agak lama memperhatikan Sandra Rena akhirnya bersuara, "Masih marah sama kakak?" tanyanya.

"Nggak" jawab Sandra tanpa menoleh.

"Kak Rena tau kamu nggak suka sama Reza, tapi biar bagaimanapun dia tetap kakak kamu."

Sandra diam, tidak berniat menjawab pertanyaan kakaknya. Percuma apapun yang ia sampaikan Rena tetap menjadi pemenang, suka atau tidak.

"Kalau kamu nggak bisa menganggap dia sebagai kakak ipar setidaknya kamu bisakan menghargai dia sebagai orang yang pernah nolongin kakak."

Rena menghentikan laju mobilnya begitu sampai di depan gerbang SMA Pelita.

"Sandra," Rena menyentuh pundak gadis yang sedari tadi menekuk wajahnya.

Sandra terperanjat lalu menoleh, "Ya."

"Kamu masih ingatkan kapan terakhir kali papa datang kerumah?"

"Nggak usah di bahas" ucap Sandra malas.

Rena menelan salivanya susah payah, Rena tau adiknya tidak ingin lagi mengingat kejadian itu.

"Setelah papa dan mama pergi cuma Reza yang kakak punya. Cuma Reza satu satunya orang yang bisa bantu kakak bayar semua biaya kuliah kakak, sampai kak Rena lulus."

Rena mengusap pundak adiknya. "kak Rena nggak akan dapat pekerjaan ini kalau dulu Reza nggak bantu kakak. Kita nggak akan punya rumah, mobil bahkan makananan yang kita makan setiap hari, semua ini berawal dari dia."

Sandra menyunggingkan senyuman remeh lalu bersidekap. "Bukannya Reza di kasih uang sama ayahnya, Reza taunya cuma minta."

"Tapi kalau kak Rena hanya mengenal orang tuanya tanpa pacaran dengan Reza kakak nggak akan menerima bantuan itu kan?"

"Iya, tapi seharusnya kakak berterimakasih sama ayahnya bukan sama Reza."

Rena menatap adiknya penuh harap "Sandra, apapun itu kakak mohon terima dia sebagai keluarga kita. Kak Rena tau Reza memang bukan suami yang bisa di andalkan. Dia tidak bisa bantu kakak meringankan beban keluarga kita, tapi setidaknya dia ayah yang baik. Dia tidak kasar dan selama ini dia tidak pernah menyakiti kakak, bahkan sebelumnya. Jadi bisa kan kamu menghargai dia?"

Sandra melengos menatap orang orang yang berjalan melewati mobilnya. Ia bertahan duduk di kursinya karena menghargai Rena bukan karena ingin mendengar permohonan kakaknya. Reza mungkin memang ayah yang baik untuk Pika, tapi bukan suami yang baik untuk Rena.

Lama Sandra berdiam diri mendengar ocehan kakaknya tentang kebaikan Reza namun kemudian ia jenuh. Sandra membuka daun pintu mobil bosan dengan drama dari Reza yang ia dengar dari mulut kakaknya.

Saat Sandra baru akan beranjak turun Rena menahan pergelangannya. "Apa sebenarnya yang buat kamu benci sama Reza?"

Sandra menoleh menatap ke dalam mata kakaknya, sorot mata itu seolah di penuhi ribuan tanda tanya.

"Sandra akan turutin permintaan kakak" jawab Sandra mengalah meskipun ia tau bukan itu jawaban yang di inginkan Rena.

"Jawab pertanyaan kakak?"

Sandra menarik tangannya, "Itukan yang kakak mau," Sandra turun dan membanting keras daun pintunya. Baginya tidak mungkin membuka aib kakak iparnya sebenci apapun ia pada Reza, Sandra tidak mau menyakiti kakaknya karena ia tau Rena sangat mencintai suaminya.

Rena menurunkan kaca mobil dan berteriak, "Sandra...!"

Sandra berhenti lalu memutar arah, Rena berharap Sandra memberi jawaban atas pertanyaannya tapi adik satu-satunya itu malah berkata "Seandainya dulu kak Rena minjam uang di Bank pasti sudah lunas, dari pada kakak di kasih uang sama Reza tapi harus balas budi seumur hidup."

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang