48. Dilema

530 33 2
                                    

"Kak Rena ngomong apa?" tanya Alkana setelah Sandra memutuskan panggilannya.

"Reza mau kemping, jadi gue harus nemenin Pika di rumah."

"Berapa lama?"

"Semalam."

"Oh, ya udah nggak papa" Alkana tidak keberatan.

"Tapi nggak mau pisah," Sandra menghambur kepelukan Alkana, "Nanti kalau aku kangen gimana?"

"Cuma semalam Ra, kalau kangen ya tinggal telpon."

"Maunya kalau kangen langsung peluk," Sandra mengeratkan pelukannya. "Kalau jauhkan nggak bisa."

Alkana terkekeh geli lalu mengusap pucuk kepala kekasihnya. Penyakit manjanya mulai kronis rupanya.

"Besoknya kan ketemu."

Sandra diam dengan bibir mengerucut, sementara kepalanya tenggelam di dada Alkana. Sandra suka berada dalam dekapan lelaki itu apalagi aroma tubuhnya, hangat dan menenangkan. Sandra merasa seperti dalam dekapan Hema.

"Ra kayaknya kamu lupa sesuatu?"

"Apa?" Sandra bertanya tanpa bergeming.

"Bukannya tadi ada yang mau kamu omongin."

Sandra membeku seketika, ia ingat bahwa memang ada yang ingin ia bicarakan, tapi ia ragu Alkana mau mendengarnya.

"Ra...." Alkana bingung melihat Sandra terdiam kaku di pelukannya dan tidak lagi mengusal-ngusal dadanya seperti tadi.

Perlahan Sandra memberi jarak pada tubuhnya, "Aku, hm aku sebenarnya aku...." Sandra ragu untuk menceritakan kebenaran tentang dirinya yang tengah berbadan Dua.

Ya, diam diam Sandra menyadari perubahan dalam dirinya, bahkan saat ia terlambat menstruasi dua bulan terakhir. Tanpa sepengetahuan Alkana ia melakukan test pack dan ternyata hasilnya positif.

Memalukan!

Alkana menatap Sandra waspada, ada yang ia takutkan dan tidak ingin ia dengar.

"Kenapa?"

Alkana berharap selama ini Sandra pandai dan meminum pil untuk mencegah kehamilan, meski ia tidak pernah melihatnya. Tapi sepertinya yang ia takuti benar-benar terjadi sebab dari sorot mata dan mimik wajah gadis itu menunjukkan sedang dalam masalah.

"Aku pengen makan di restoran Jepang?"

Alkana menghela nafas seketika, begitu juga jantungnya yang kembali bekerja normal setelah beberapa detik lalu nyaris melompat dari tempatnya.

"Tapikan sekarang udah tengah malam, dimana yang masih buka. Lagian sejak kapan kamu suka makanan Jepang, biasanya kamu lebih suka makanan lokal."

Sandra diam, itu sebenarnya hanya alibi tapi kenapa ia malah meminta makanan.

"Lagi pengen," katanya yang entah mengapa tiba-tiba ia juga menginginkan makanan itu.

"Ya udah besok kita cari restoran Jepang yang enak ya?"

"Maunya sekarang."

"Sekarang udah malam Ra, udah jam Sebelas. Mana ada restoran yang masih buka."

Sandra merengut lalu mengalihkan pandangannya.

"Ayo tidur saja, aku temani" Alkana mengalihkan pandangannya.

"Aku nggak mau, Pokoknya aku mau makan di restoran Jepang, sekarang!"

***

"Kayaknya Sogogi shabu and grill enak ya Al," Sandra seraya menelan ludahnya seolah tak sabar.

Alkana menatap miris kearah pacaran sambil mengamati jalanan ibukota yang tak pernah sepi, sementara otaknya terus berpikir dimana ia harus mencari makanan yang di maksud pacarnya sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul Dua belas malam.

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang