38. Pulang

793 26 2
                                    

      SEPERTI biasa, setiap pagi Sandra menyiapakan sarapan untuk Alkana sebelum berangkat kesekolah. Tapi ada yang berbeda dengan hari ini, sebab hari ini Sandra tidak masak. Ia hanya menyiapkan Roti tawar dan membuat susu putih untuk Alkana.

Setelah selesai menyiapkan sarapan, Sandra mengoleskan beberapa lembar roti dengan selai Strawberry lalu memasukannya dalam kotak bekal.

"Buat Haris?" tebak Alkana dengan nada yang terdengar tidak suka.

Sandra menoleh kearah lelaki tampan berseragam putih abu-abu yang baru saja datang, "Bukan. Tapi, buat pacar gue" jawabnya seraya tersenyum singkat.

"Ini buat makan siang, lo suka selai Strawberry, kan?"

Alkana mengangguk diiringi lekukan dibibirnya.

"Jangan lupa dibawa ya?" pesan gadis itu.

"Iya" ucap Alkana dengan seyuman yang masih sama.

Disini, disini sisi yang selalu membuat Alkana bersemangat untuk bangun pagi. Bahkan ketika matanya baru terbuka yang paling ia inginkan adalah segera bertemu gadis itu, dan yang lebih menyenangkan ialah menebak apa yang dimasak gadis itu pagi ini. Alkana selalu menunggu momen dimana ia bisa bertemu dan duduk bersama di meja makan.

Belum lagi jika mendengar Sandra bercerita mengenai bagaimana ia memasak makanannya, yang terkadang gosong, hambar atau bahkan ia pernah membuang masakannya karena terlalu asin dan tak layak dimakan itu membuat pagi hari Alkana semakin berwarna.

Hari-harinya terasa lebih berharga, Alkana selalu menikmati setiap detik yang ia lalui bersama gadis itu.

Sandra mampu mengisi kekosongan hatinya dengan cara yang sederhana.

"Pagi ini lo sarapan sendiri ya gue mau beres-beres dulu?"

Alkana menaikan sebelah alisnya. Ada rasa kecewa ketika mendengar Sandra menyuruhnya makan sendiri, sungguh Alkana berharap ia bisa melewati pagi seperti biasanya.

"Beres-beres apa?"

Sandra bergumam, "Hari ini gue pulang. Jadi gue harus beresin barang-barang gue."

"Oh...." ucap Alkana lemas. Semangatnya pudar saat mengetahui gadisnya akan pergi.

Seandainya Alkana bisa berkata jika yang ia katakan semalam adalah yang sebenarnya, dan ia mengucapkan itu dengan segenap perasaannya, tapi sayang sepertinya Sandra tidak mengerti.

"Stay here, i need you...."

Alkana sadar dengan yang ia ucapkan, namun sekalipun Sandra mengetahuinya itu tidak bisa membuatnya tetap tinggal.

"Al...."

Alkana terperangah saat merasakan tepukan kecil di pundaknya, "Iya."

"Kok malah bengong?" Sandra menatap Alkana bingung.

"Iya apa, lo ngomong apa?"

"Kenapa nggak dimakan, lo nggak biasa sarapan roti ya? Atau luka lo masih sakit?"

"Udah nggak sakit, ini gue makan" Alkana langsung mencomot sepotong roti lalu memasukan kedalam mulutnya dengan terburu-buru bahkan Alkana tidak memberinya selai terlebih dahulu.

Sandra yang semula akan bergeming akhirnya kembali duduk.

"Sini gue bantuin," Sandra meraih roti dan pisau makan lalu mengolesi selai rasa Strawberry untuk Alkana.

"Eh em-iya."

Entah mengapa Alkana mendadak linglung, tapi ia senang Sandra mau menemaninya sarapan.

Pipi Alkana mengembang ketika sepotong roti ia masukan seutuhnya. Rahangnya terus bergerak bekerja sama dengan organ lainnya menggiling makanan yang ada di mulutnya. Sedangkan arah pandangnya masih setia mengamati gadis cantik di sampingnya.

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang