Bagian 36

400 38 0
                                    

      Hari ini Seokjin menyetir sendiri tidak seperti biasanya ia selalu membawa sopir atau Jihyuk untuk menyetir untuknya. Sepanjang perjalanan pria itu hanya diam membuat Lisa kebingungan harus memulai dari mana obrolan mereka. Wanita memang membingungkan, Lisa suka mendiamkan Seokjin tapi saat Seokjin mendiamkannya seperti sekarang ia terlihat tak suka.

"Bibi Kim mendatangiku di depan tempat kerjaku dan mengajakku minum teh."

"Iya."

     Lisa merasa tak nyaman dengan jawaban pendek Seokjin. Pria itu bahkan sedari tadi diam tanpa memandang ke arah Lisa. Padahal biasanya Seokjin tak  berhenti mengoceh.

"Bibi mengetahui presider Kim siuman dan mengajakku ke rumah sakit, " Lisa mengigit bibir bawahnya menahan tangis ia benci diabaikan, "karena itu aku berada di sana, kalau kau ingin tahu."

"Hmm."Seokjin lagi-lagi hanya bergumam menanggapi perkataan Lisa.

"Oppa tak pulang ke rumah ya semalam?, " Tanya Lisa saat melihat Seokjin masih mengenakan kaus yang sama dengan yang terakhir pria itu kenakan saat mereka bertengkar di rumah Lisa kemarin.

"Aku menginap di rumah Taehyung."

       Seokjin sebenarnya tak bisa bersikap dingin dengan gadis di sampingnya ini, tapi ia takut bila ia menanggapi perkataan Lisa, kesabarannya akan habis dan mereka akan bertengkar dengan saling berteriak lagi. Lalu berakhir dengan Lisa yang mengatakan tentang perpisahan, ia tak mau.

"Kau banyak minum ya?," tanya Lisa lagi, ia menahan tangisnya, wajah Seokjin terlihat memerah, pria itu juga terdengar tengah flu.

"Sedikit."

    Seokjin kembali batuk karena tenggorokannya terasa panas, ini mungkin efek dari soju dengan kandungan cukup keras yang ia habiskan sendirian tadi pagi. Orang lain minum air putih saat terbangun dari tidurnya tapinsejak kemarin Seokjin menenggak Soju dan Bir macam air putih saja. Sungguh orang patah hati itu menyiksa diri sendiri.

"Oppa demam."

   Seokjin yang terkejut menampik tangan Lisa yang berusaha meraba keningnya, dan akhirnya ia mendengar isakan gadis itu. Seokjin yang terkejut segera menepikan mobilnya.

"Ada apa? Kenapa menangis aku menyentak tanganmu terlalu keras ya? maaf Ly, " Seokjin panik saat melihat Lisa terisak pelan, ia menyentuh tangan Lisa yang ia hempaskan tadi, "apa sakit?."

"Iya sakit sekali, Oppa mengabaikanku."

   Seokjin mengerutkan keningnya karena tak mengerti dengan apa yang dibicarakan Lisa, "aku? Mengabaikanmu?."

"Oppa bicara tanpa memandangku, " Kini tangis Lisa semakin jelas terdengar.

      Entah kenapa ia jadi seperti ini, mungkin selama dua bulan ini ia telah terbiasa Seokjin mengalah padanya. Dadanya tiba-tiba sakit dan panas saat Seokjin mengabaikannya.

   Seokjin tersenyum simpul saat melihat Lisa menangisinya, ia seolah melihat kembali gadis yang ia temui setahun lalu di Bali. Lisa sering merengek minta digendong saat itu, dipeluk ataupun dibuatkan sesuatu olehnya.

   Tapi Lisa yang sekarang, kadang membuat Seokjin gentar. Lisa sangat mandiri seolah tak membutuhkan siapapun. Seokjin selalu bersikap hati-hati bila di dekatnya. Dan hari ini ia tahu itu hanya merupakan tameng dari gadis itu untuk menghindarinya.

   Seokjin melepas sabuk pengaman yang ia kenakan lalu menarik Lisa dalam pelukannya, "pasti berat sekali kan berpura-pura menjadi kuat, maaf aku tak memahamimu."

      Mendengar perkataan Seokjin membuat Lisa makin terisak. Benar, berat sekali. Tapi ia memutuskan tak menjawab, ia terisak di dada Seokjin hingga kaos yang dikenakan pria itu basah.

Being Difficult "KSJ"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang