Bagian 52

283 30 1
                                    


     Dada Seokjung berdetak lebih cepat saat memasuki cafe yang tepat berada di depan restoran Jepang tempat ia makan siang, mengingat bahwa cafe ini milik mendiang kekasihnya, Lee Subin.

    Kini ia bersama Jaewook berhadapan menduduki salah satu kursi sementara para sekertaris keduanya menunggu di luar.

"Silahkan, presider."

   Lamunan Seokjung terhenti saat seorang pegawai cafe mengantarkan minuman untuk keduanya. Ini adalah cafe modern, yang biasanya para pengunjung langsung membayar dan membawa pesanan mereka ke meja masing-masing, melihat betapa Jaewook dihormati di sini, Seokjung benar-benar percaya bahwa cafe ini milik pria di depannya ini.

"Aku mengambil alih cafe ini sejak adikku meninggal empat tahun yang lalu, dulu cafe ini adalah miliknya, " Kata Jaewook seolah mengerti wajah bingung Seokjung.

"Anda,,, "

"Benar, bukankah kita harusnya bertemu empat tahun yang lalu tepat di hari pertunanganmu."

   Seokjung terbelalak kaget, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya,"Anda,, kakak lelaki Subin?."

"Apakah aku harus terharu saat kau masih mengingat mendiang adikku setelah empat tahun."

     Awalnya Jaewook berniat berbicara dengan tenang di depan pria yang dicintai adiknya itu tapi tiba-tiba emosinya meledak. Bagaimana hancurnya ia saat mendekap Subin yang tak lagi bernyawa membuat suaranya bergetar menahan amarah. Sudah empat tahun ia menahan diri untuk tak menemui Seokjung dan membunuh pria di depannya ini dengan tangannya sendiri.

    Dengan jelas Seokjung bisa mengetahui tatapan tak suka Jaewook padanya. Pandangan Jaewook ke arahnya penuh dengan kebencian. Tapi ia mencoba berfikir baik, walau bagaimanapun Jaewook adalah kakak dari wanita yang ia cintai.

"Anda benar sangat tampan, persis seperti yang diucapkan Subin setiap hari."

"Apakah ini pujian, kau bahkan meninggalkan adikku dan bertunangan dengan sahabatnya."

"Ada sedikit kesalahpahaman yang terjadi, Jaewook-ssi."

"Apa karena itu kau menyuruh Irene untuk datang ke tempat kami setiap harinya? Ahh, sepertinya kau telah berhasil mendapatkan dua gadis bodoh kan? Mempergunakan Irene dan membuang Subin."

"Irene mengunjungi Subin setiap hari?."

"Sepertinya sudah cukup aku memperkenalkan dirimu, aku bisa mengambil hampir setengah saham keluarga mu, sebenarnya aku muncul untuk memperingatimu."

"Jaewook-ssi, " Seokjung terkejut saat pria itu dengan jelas mengibarkan bendera permusuhan padanya.

     Jaewook berdiri, membenarkan letak jasnya yang masih rapi, "benar, aku datang untuk menghancurkanmu, apa kau pikir aku akan membiarkan orang yang menjadi penyebab adikku bunuh diri berkeliaran begitu saja. Kau pernah dengar bahwa hutang nyawa harus dibayar nyawa. Aku akan memulainya dengan cara yang pedih. Sampai jumpa lagi kalau begitu."

"Bagaimana kalau dugaanmu salah, " Seokjung berbicara cukup keras saat Jaewook baru berbalik beberapa langkah.

     Jaewook menghentikan langkahnya karena perkataan Seokjung. Ia bisa mendengar langkah kaki Seokjung kini mendekat ke arahnya tapi ia enggan untuk kembali berbalik melihat wajah pria itu.

"Bagaimana kalau Subin tidak meninggal karena bunuh diri, "kata Seokjung.

    Mendengar kata-kata Seokjung membuat tubuh Jaewook membeku, tapi ia masih enggan untuk berbalik.

"Kudengar kalian sangat dekat, Subin bahkan selalu mengatakan kau adalah pria yang paling ia sayangi, apa kau pikir gadis seceria Subin akan mengakhiri hidupnya hanya karena kekasihnya bertunangan. Subin bahkan bisa menghadapi jatuh bangun yang lebih menyakitkan saat membangun cafe pertamanya di Myeongdong."

Being Difficult "KSJ"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang