Tahta malam di puncak kuasa, di waktu seharusnya orang-orang lelap dalam tidur setelah seharian berkutat dengan aktivitasnya. Tapi tidak dengan para personel FATE yang masih sibuk di apartment mereka dengan raut panik dan gelisah.
Yasa, sang bassis yang tadi menjadi orang terakhir yang masuk apartment tiba-tiba pingsan di ambang pintu. Beruntung Sena yang posisinya paling dekat dengan si pemuda manis berhasil menangkap tubuh Yasa dengan menahan pinggangnya sehingga bassisnya tak perlu menghantam dinding di belakangnya.
Teriakan keras Sena yang memanggil nama Yasa mengundang rasa kaget dan khawatir dari ketiga member lainnya. Aji langsung mendekat, bermaksud mengambil alih tubuh Yasa dalam dekapan Sena, tapi Sena menolak dan malah langsung mengangkat Yasa membawanya ke kamar yang dibaginya dengan Aji. Bukan apa-apa, hanya akan lebih susah untuk Sena kalau harus memindahkan tubuh Yasa ke Aji lebih dulu.
Saat ini Sena masih duduk di ranjang milik Aji, memandangi setiap pergerakan ketiga personel lainnya merawat Yasa di ranjang sang bassis. Dipa yang masuk dengan termometer dan kompres air dingin, Edwin yang mengoleskan kayu putih di kaki Yasa sambil memijatnya kecil, dan Aji yang mengelap keringat bercucur di dahi Yasa.
"Bang, ini kakinya Kak Yasa dingin banget. Apa nggak sebaiknya dibawa rumah sakit aja?" Edwin memandang Aji dan Sena bergantian.
"Suhunya berapa, Dip?" Aji malah bertanya pada Dipa yang baru saja selesai mengukur suhu tubuh Yasa.
"38° Bang. Gimana?"
"Gimana, Sen?"
Sena yang awalnya melamun sambil memandang wajah pucat Yasa terlonjak kecil saat mendengar namanya tiba-tiba disebut.
"Lah, kan lo leadernya. Kita ngikut keputusan lo." Jelas Aji.
Sena mengangguk, mulai sedikit menimbang. Sebenarnya ia juga merasa tak tenang, apalagi saat menyadari saat ini ia jadi pusat perhatian ketiga membernya yang menanti keputusan.
"Kita rawat sendiri dulu aja, ya. Baru besok kalau keadaannya memburuk atau nggak ada perubahan kita pamit Bang Andi, kita bawa Yasa ke rumah sakit." Putus Sena akhirnya.
Aji yang tengah menyibak poni di dahi panas Yasa menghembus panjang nafasnya. "Ok kalau itu keputusan leader. Dia kecapean banget kayaknya makanya sampai pingsan. Padahal kenal dari jaman sekolah dulu, belum pernah gue liat dia pingsan."
"Kak Yasa emang udah kelihatan sakit dari tadi siang, Bang. Makan siang aja nggak habis kan tadi." Edwin menimpali.
"Iya weh. Tumbenan Kak Yasa nggak napsu sama nasi padang, padahal biasanya dua bungkus dia makan sendiri." Dipa juga ikut heran.
Aji kemudian menitah yang lainnya. "Ya udah pada balik ke kamar masing-masing deh lo sana. Besok kita masih banyak kerjaan loh, jangan sampai tumbang semua kaya Yasa."
"Terus yang jaga Yasa? Gantiin kompresnya?" Sena.
"Gue." Tegas Aji.
Sang vokalis berdesis pelan. "Sama aja lo, cari penyakit. Mau begadang lo?"
"Ya nggak gitu, tapi......"
"Gantian aja sama gue. Ah, atau gue juga ikutan tidur sini aja jagain Yasa bareng lo."
"Lah? Tidur dimane Bang??" Edwin yang bertanya pada Sena. Ukuran ranjang milik Aji, Yasa, Edwin dan Dipa memang hanya single bed yang muat satu orang. Berbeda dengan milik Sena di kamar utama yang berukuran queen.
"Gampang. Gelar karpet aja disini." Tunjuk Sena pada space kosong antara ranjang Yasa dan Aji.
"Udah sana kalian berdua balik kamar, tidur. Besok pagi bantu gantiin Yasa masak buat sarapan ya." Perintah Sena yang diangguki kedua anggota termudanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)
RomanceCerita tentang lima pemuda yang tergabung dalam satu grup band. Dimana impian, perjuangan, luka, dan segala hal tak terduga terlewati bersama di antara mereka. Warning!! * Boys love * Mpreg * 18+ * Local * Once again, it's Mpreg * Don't like, don't...