Found Out

6.7K 634 47
                                    

Bukan setahun dua tahun Sena menjadi seorang vokalis band terkenal. Beberapa kali pula ia didapuk menjadi model utama video musik FATE dipasangkan dengan beberapa model wanita yang berbeda.

Dari yang awam soal lembar script dan acting layaknya aktor di layar kaca, sampai kini ia hanya perlu sekali membaca script untuk Sena memahami dan mempelajari jalan cerita yang disiapkan sutradara. Tapi baru sekali ini ia merasa begitu tak nyaman di lokasi syuting yang padahal cuma gedung perkantoran biasa.

Bukan karena lokasi ataupun kostum yang dikenakan. Pria berkemeja biru muda dengan tatanan rapi dan dasi melengkapi itu merasa tak nyaman dengan tatapan lawan mainnya, Citra Amanda.

"Sen, sini bentar dong."

Sena yang tengah duduk di kursinya sambil dimake-up mengalihkan fokus dari Citra di depannya yang sedari tadi ditatap kosong ke arah samping dimana Pak Jonan, sutradara mereka memanggil.

"Yo, Pak Jo. Kenapa?" Beberapa kali bekerja sama membuat Sena cukup akrab dengan sutradara berumur empat puluhan tersebut.

"Tambahan briefing dikit nih, Sen. Nanti yang jadi temen kerja lo jadinya Edwin ya. Yasa yang jadi OB. Aji tetep jadi bosnya, terus Dipa tetep jadi tukang paket." Si sutradara menjelaskan sambil menunjuk rekan-rekan Sena yang tengah diurus bagian wardrobe.

"Lah, kenapa Edwin sama Yasa pakai tuker peran, Pak?" Heran Sena karena sejak briefing pertama soal jalan cerita, peran mereka masing-masing juga sudah ditentukan.

"Bagian kostum bilang kemeja yang disiapin buat Yasa nggak ada yang muat. Yang ukurannya pas cuma seragam OB doang. Ya terpaksa Yasa yang jadi OB. Dia sama Edwinnya juga udah OK kok."

Sena hanya mengangguk-anggukkan kepala. Sedikit melirik ke arah Yasa yang sudah memakai kostum OB berwarna biru tua. Bagian perutnya memang terlihat agak menonjol dibanding bagian dada. Makanya sejak tadi Yasa selalu beralasan jika ia terlalu banyak makan belakangan, makanya perutnya gendut.

"Ok siap-siap ya, sepuluh menit lagi kita mulai take!!" Dengan pengeras suara Pak Jonan memberi pengumuman.







....







Dua jam syuting berjalan, break sempat diadakan. Mereka perlu berganti lokasi ke bagian lobby, dimana nantinya Sena, Citra dan Dipa akan berakting bersama.

Karena sceen-nya sudah rampung, Yasa hanya duduk-duduk saja menatap beberapa crew dan staff berseliweran di depannya. Perutnya terasa agak begah, membuat tangannya begitu gatal ingin mengelus perut berisi janin empat bulan tersebut. Sayang, keinginannya harus benar-benar ditahan karena tak mau membuat orang-orang curiga.

"Lo kenapa, Yas?"

"Sen!! Eh, maaf Ji gue kira Sena tadi."

Dengan tatapan canggung, Yasa memperhatikan Aji yang mengambil tempat untuk duduk di sampingnya. Sebotol air mineral dingin ia serahkan pada Yasa.

"Sena mulu yang dipikirin. Guenya kapan?"

Yasa berdecak dengan sikap Aji yang menurutnya sedang pura-pura kesal. Macam bocah merajuk saja. "Apaan sih, ngarang. Tadi yang gue liat Sena, ya gue kira yang manggil dia."

Sang gitaris memutar duduk menghadap Yasa dari samping. Tangannya bergerak menyingkirkan rambut si manis yang basah keringat menutup dahi. Membuat Yasa yang sedang meneguk air mineralnya mendadak kesusahan menelan cairan bening tersebut.

"Makanya jangan ngelamun aja. Mikirin apaan sih, anak kucing???" Makin porak poranda pertahanan Yasa dipanggil anak kucing.

Sang bassis menunduk menyembunyikan merah di wajah. Namun begitu kepalanya tetap menggeleng sebagai jawaban. "Nggak, lagi pengen ngemil aja."

UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang