Epilog

6.4K 435 61
                                    

Hingar bingar musik dari instrumen-instrumen band yang dimainkan berbaur apik dengan indah suara merdu Barsena memenuhi area. Ribuan penonton mulai dari kawula muda hingga dewasa memenuhi venue konser yang terselenggara d indoor stadium besar ibu kota.

Lagu bertempo rendah hingga tinggi, dari album debut mereka hingga album terakhir yang baru saja dirilis beberapa bulan lalu dinyanyikan secara acak dengan sesekali disisipi interaksi antara FATE yang dipimpin Sena dengan Fate Destiny yang menghadiri konser tunggal mereka. Bukan tour konser yang akan diselenggarakan di beberapa kota, FATE hanya mengadakan konser tunggal yang dilaksanakan sehari dan di satu lokasi. Maka tak heran ribuan tiket konser yang disiapkan sudah ludes diburu penggemar dari luar kota bahkan luar pulau.

"MASIH KUAT SEPULUH LAGU LAGI???" Serak suara Sena yang selalu muncul di  nada tinggi kini menyisip di teriakannya.

"MASIIIIH.." Yang dibalas tak kalah kencang oleh para Fate Destiny.

Peluh tak diperhatikan, lelah tungkai karena area yang disediakan hanya area untuk berdiri bagi penonton, namun semua begitu menikmati. Para penonton yang kebanyakan adalah perempuan bisa dengan tertib menonton tanpa mengurangi kenyamanan satu sama lain.

Tidak ada yang mengangkat handphone terlalu tinggi, tidak ada saling dorong dan berebut area depan, tidak ada lemparan barang aneh ke area panggung. Yang ada hanya ajang karaoke bersama menikmati lagu demi lagu yang menguras sisi emosi. Bahkan tak ada lagu FATE yang tak mereka hafal.

"Oke sebelum lanjut ke lagu berikutnya kita mau ngucapin makasih banyak buat duo Chandra Surya yang udah jadi permformance pembuka untuk konser malam ini. Satu lagu buat kalian dan Fate Destiny, Letting Go. Mainin Yas, Ji!!"

Lagu dimulai dengan perpaduan melodi suara Yasa dan Aji yang menjadi backing vocal Sena. Tak kalah merdu, suara tanpa musik menjadikan awal lagu menjadi teramat syahdu. Apalagi saat suara drum Edwin mulai masuk menjadi penanda instrumen lain siap digemakan jua.

Letting Go, lagu yang liriknya diciptakan Aji tiga tahun lalu. Berisi suara hati atas kerelaannya melepas Dipa pergi setelah menahannya bahkan dalam keadaan tanpa kepastian. Lagu yang kemudian booming setelag dijadikan lagu come back FATE dalam formasi lengkap setelah hiatus beberapa lama.

Stadium kembali hingar. Suara musik diiringi senyum para personel FATE kecuali Sena yang fokus menyanyi sambil melakukan blocking menyapa penonton di semua sudut.

Di bagian belakang Edwin memukul drumnya dengan senyuman ke arah seseorang yang ikut berjingkrak bersama fans mereka di dekat panggung. Seorang pemuda yang dua tahun lalu resmi jadi kekasihnya. Kevin Liyandi. Pemuda dengan kepribadian ceria dan ceplas-ceplos apa adanya.

Butuh satu tahun bagi Edwin meyakinkan diri sendiri jika Kevin bukan sekedar pelarian bagi rasa kecewanya. Dan selama itu pula tak gentar bagi si sulung Liyandi untuk mengejar Edwin, memberi perhatian meski hasilnya tak langsung instan.

Puncaknya saat Prayudha Liyandi yang sudah menceraikan istrinya malah tiba-tiba ambil langkah untuk menikahi Citra Amanda. Saat itu Kevin hancur. Meskipun sang ayah sudah lama tak ia anggap dalam hidupnya, nyatanya ia terlalu kecewa dengan tingkag tak terpuji Yudha. Di tengah kehancuran si pemuda yang baru lulus kuliah tersebut, Edwin mengulurkan tangan menawarkan cinta sebagai balasan atas tulus perasaan.

Gue nggak pernah nyesel udah jatuh cinta sama cowok pecicilan macam lo, Kevin -batin Edwin terkekeh pelan melihat Kevin mengedipkan mata genit saat pandang mereka beradu

Beralih pada sisi kiri panggung dimana Dipa dan keyboardnya kokoh berdiri. Pria yang jadi sering bolak-balik ibu kota - Kalimantan itu juga mengulas senyuman ketika melirik logam mulia melingkar di jari manis kiri. Cincin berhias ukiran inisial A di bagian dalam mengkilat bersinar tertimpa lampu panggung yang membuatnya semakin indah.

UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang