(+) Five

3.6K 333 28
                                    

Malam sudah hampir di ambang larut. Namun panas begitu menyiksa Barsena yang baru pulang setelah melakukan taping acara pencarian bakat anak-anak dimana ia lagi-lagi didapuk menjadi jurinya.

Cklek ..

Terang. Ia kira istri dan anaknya sudah lelap mencapai awang. Namun nyatanya masih ada lampu menyala di ruang tengah dan riak aktivitas di dapur sana. Tanpa menunggu lagi sang vokalis mencari tahu gerangan siapa yang belum tidur tengah malam.

"Yas... ngapain?"

Yang ditanya kebetulan tengah menghadap kompor. Otomatis membalik badan menyambut Barsena dengan senyuman.

"Eh, udah pulang?" Retoris, tak perlu jawaban. "Aku lagi bikin teh. Nggak tau tiba-tiba pengen teh tawar panas aja, kaya di amang tukang bubur ayam."

"Kamu mau?" Tambah Yasa sembari melangkah mendekati suaminya.

Sena menelan ludah. Bukan, bukan karena teh yang ditawarkan Yasa. Melainkan pakaian yang kini dikenakan bassisnya. Yasa hanya memakai hotpants yang keterlaluan pendek bahkan sampai tak terlihat dari balik kemeja kebesaran yang terbuka dua kancing teratasnya.

"Ng..nggak, Yang. Aku gerah, mau mandi aja." Lalu bergerak kilat masuk ke kamar pribadinya untuk kemudian mendekam di toilet cukup lama.






....








Hampir setengah jam lebih Barsena akhirnya selesai dengan urusannya di kamar mandi. Dengan wajah segar dan rambut setengah basah ia keluar tanpa mengira akan menemukan Yasa sudah berdiri bersandar di dinding samping pintu kamar mandi sambil menyilang lengan di depan dada.

"Eh, kok belum tidur Yang?" Tanya Sena gugup setelah sempat menetralkan kembali rasa kagetnya.

Hela nafas Yasa terdengar. "Kan nungguin kamu.." cemberut, menggemaskan.

Sial, habis mandi tapi Barsena masih merasa gerah saja. Yasa belum mengganti pakaiannya. Belum lagi kemeja kedodoran tersebut kini sedikit turun menyebabkan tereksposnya tulang selangka kanan milik bassisnya.

"A..aku mau tidur di bawah ya? Boleh? Lagi gerah banget sumpah." Izin Sena meremas kuat handuk bekas mandinya tanpa sadar, menunggu respon Yasa.

Tapi si manis makin memberi muka sendu. "Kok gitu? Kalau tidur sama aku jadi gerah ya? Soalnya aku gendut kan? Jadi makan tempat deh, bikin sempit dan bikin kamu kegerahan."

Mood Yasa yang sedang hamil memang begitu menyeramkan bagi Barsena. Salah kata sedikit saja, bisa habis masa depannya.

"Ehh nggak gitu, Yang. Cuma aku takut kamu nggak nyaman kalau kita dempet-dempetan di kasur terus kamu kegerahan. Kan cuacanya lagi panas banget." Alasan sang leader.

Tapi Yasa juga punya bantahan. "Kamu lupa kalau kamar kita punya AC??? Itu kipas angin portable hadiah dari fans juga ada banyak. "

See? Barsena kalah telak.

Dengan tuntunan Cakrayasa handuk di tangan dilepas begitu saja. Tak peduli mungkin sudah menyatu dengan keset lantai di depan pintu toiletnya. Bak orang bodoh Barsena menurut ditarik duduk di atas ranjang lalu dihadapkan dengan perut bulat Yasa yang masih berdiri di hadapan.

"Yang......"

Yasa menjawab dengan gerakan. Lengannya dikalungkan di leher Sena dan badannya didudukkan nyaman di pangkuan suaminya. Membuat Barsena harus sedikit mundur karena memberi ruang bagi perut besar pemetik bassnya.

"Yas, kamu....."

"Ssssstttt......" Kalimat Sena dipotong jari Yasa yang ditaruh tepat di mulut suaminya. Bergerak sensual, berbisik tepat di telinga. "Jangan berisik nanti Arsean denger."

UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang