Hiatus

6.1K 562 43
                                    

Hembus semilir pagi menerbangkan lembar dedaunan kering. Ruang mewah yang biasanya dijaga suhu lewat pendingin yang terpasang di dinding atas, kini terasa cukup hangat karena jendela dibiarkan terbuka mengizinkan cemerlang surya menerpa.

Terakhir kala datang di waktu malam dengan keinginan belum terealisasikan, hari ini Sena kembali duduk di ruangan Johan, sang pemilik manajemen bersama Yasa karena panggilan. Tiga cangkir teh yang asapnya masih mengepul baru saja diantar seorang offoce boy, menemani ketiganya dalam hening antara jeda.

"Yasa, gimana kabar kamu?"

Sena memutar matanya, berdecak teramat lirih. Tak lagi heran jika Yasa adalah si kesayangan Boss Johan.

Yang ditanya tersenyum simpul. Menunjukkan wajah manis dengan tulang pipi terangkat tinggi tiap bibirnya ditarik ke atas. "Baik kok Boss. Boss sendiri apa kabar?"

Sena makin memalingkan muka. Lebih memilih menatap kosong sisi jendela ketimbang menyaksikan Yasa dan Boss Johan berbalas senyuman.

"Saya juga baik, Yas. Tapi kemarin kata Sena kamu sakit?"

"Hah??"

Anjir, lupa briefing Yasa -batin Sena langsung menoleh cepat dengan kerling gugup

"Eh, iya. Yasa lagi kecapean terus kan Yas? Makanya minta hiatus." Tutur Sena memburu dengan kedipan singkat pada submasive-nya.

Beruntung kode Sena diterima baik oleh Yasa. Si lelaki manis menunjukkan cengiran kecil pada Boss-nya. "Ehe, iya Boss. Lagi sering capek."

Sejak awal FATE terbentuk lewat audisi yang diadakan manajemen, setiap keputusan yang diambil Johan tentang band selalu melibatkan pendapat Yasa. Begitu pula urusan memilih apartment, dekorasi studio, bahkan merk alat musik yang akan manajemen beli.

Semua member tahu, tahta Cakrayasa di mata Johan selalu setingkat lebih atas dari keempat lainnya. Bukan Sena sebagai leader ataupun vokalis dengan fans individu terbanyak. Bukan pula Edwin si paling muda yang dianggap bayi oleh yang lainnya. Kesayangan Johan malah jatuh ke arah Yasa, sang bassis.

"Jadwal kalian terlalu padat apa gimana? Jangan sampai sakit loh Yas, nggak enak nanti saya sama orang tua kamu."

Jelas kan alasannya? Orang tua Yasa, lebih tepatnya Dhanu bukan sekedar arsitek biasa. Dhanu punya nama yang moncer dan cukup disegani apalagi di danah bisnis dan politik. Dan Johan adalah salah satu di antara orang-orang yang menaruh segan tersebut.

"Makanya kasih hiatus, Boss. Biar Yasa bisa istirahat. Enam bulan atau setahun sekalian kayaknya cukup." Provokasi sang leader melihat Johan memberi celah.

"Kenapa harus selama itu?" Johan mulai menyesap tehnya yang dirasa tak terlalu panas.

"Ya...... emang saran dari dokternya segitu." Sena mencari alasan, walaupun jawabannya jelas hanya bualan.

"Emang nggak bisa Boss?" Sang bassis ikut bertanya. Memajukan sedikit badannya ke arah Johan dengan pandangan penuh keingintahuan macam bocah lima tahunan.

"Sebenarnya bisa bisa aja. Saya juga udah atur ke situ." Kalimat Johan sedikitnya membuat Sena lega. Tapi sebisa mungkin ia tak terlalu menunjukkan rasa senangnya, dan tetap memasang tampang sok dinginnya.

"Rencana Boss gimana?" Pertanyaan Sena mewakili isi hati yang lebih muda.

"Kalau untuk hiatus satu band penuh kayaknya nggak bisa. Apa lagi kalian baru keluar single sama MV. Paling Yasa doang yang bisa saya off-in. Itu juga kita tetep harus cari additional player kalau sewaktu-waktu kalian manggung." Jelas Johan panjang lebar mengenai rencana yang ia pikirkan semenjak Sena mengatakan Yasa sakit.

UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang