Mommy Bear

5.9K 539 28
                                    

Boleh minta vote dulu sebelum baca nggak? Terutama yang dari awal demen menyiderkan diri nih 🥺






Dapur rumah keluarga Kusuma Wardhanu mempunyai luas lebih besar dari dapur apartment FATE dimana Yasa biasa bertahta. Dekorasi dominan warna cokelat dan krem yang dipadu apik membawa nuansa hangat meski di luar hujan tengah meraung dengan derasnya.

"Sayang ..."

Seruan dari belakang memaksa Yasa yang tengah sibuk memasak makan malam sendirian harus membalikkan badan. Tubuh berisi yang dibalut sweater cokelat besar dan apron hitam membuat yang memanggilnya tersenyum gemas, Yasa mirip induk beruang.

"Gimana, Sen?" Tanya Yasa sambil membawakan secangkir kopi susu ke hadapan Sena yang duduk di meja makan.

"Aku udah telfon Dipa. Kata Dipa Aji udah pulang. Kamu bisa nginep dengan tenang."

"Mereka udah pada makan? Apa mau dikirimin makanan dari sini aja?"

Seruputan kopi Sena mendadak sedikit muncrat karena pertanyaan Yasa. "Yang kamu tinggalin itu dua orang dewasa, Yas. Bukan anak kecil. Kalau laper pasti mereka cari atau bikin makan kok, tenang."

"Ya tapi kan mereka lagi....."

Barsena berdecak, meraih jemari Yasa yang menganggur untuk digenggam dengan beberapa elusan. "Lagi pegat? Kamu sadar nggak sih Yas, sikap kamu nih kaya ibu-ibu yang khawatir sama anaknya? Tenang ya, sayang. Aji sama Dipa bakal baik-baik aja kok. Dan lagi mungkin ini momen mereka buat jadi pribadi lebih dewasa."

Yasa terpaksa mengangguk.

Siang tadi Sekar Ayu Kinanti datang ke apartment band sang putra tunggal untuk mengadu jika Kusuma Wardhanu, suaminya akhirnya mengajukan perceraian setelah puluhan tahun kehidupan pernikahan yang berjalan tanpa dilandasi mutual rasa antara mereka.

Bagai daun kering yang lepas dari kait tangkainya, Sekar nampak rapuh tanpa pegangan. Hanya menangis, menumpah sedu sedan yang bisa ia lakukan.

Remuk redam hati Yasa melihat wanita yang penuh jasa melahirkannya ke dunia dirundung luka karena sikap masa bodoh sang Papa. Yang ia mampu membawanya dalam rengkuhan, menenangkan tangis yang pilu terdengar.

Setelah Sekar dirasa cukup mencapai tenang, Yasa memutuskan ikut Mamanya pulang. Tak bisa membiarkan wanita kesayangannya melalui resah pilunya seorang diri. Dan pada akhirnya Sena-pun mengiring sang pujaan. Ia juga khawatir akan keadaan Yasa dan calon putra mereka.

Sampai saat ini pun Yasa belum menanyakan apa alasan sebenarnya Kusuma Wardhanu berniat mengajukan perceraian. Keadaan Sekar sedang tak memungkinkan ditanya lebih. Bahkan saat Sena dan Yasa tiba di rumah membawa Sekar serta, tak ditemuinya sama sekali batang hidung si kepala keluarga.

"Den Yasa ...."

Yasa dan Sena mendongak bersama. Satu eksistensi lagi mendekat dengan tundukan sopan penuh rasa segan.

"Gimana keadaan Mama, Bi?" Tanya Yasa pada si wanita yang baru bergabung. Bi Atin namanya. Asisten rumah tangga yang usianya tak jauh beda dengan usia sang Mama. Wanita yang menemani Yasa dalam masa kesendiriannya waktu remaja karena sering ditinggal Sekar dan Dhanu ke luar kota.

"Nyonya tidur, Den. Nanti biar makan malam kalau sudah bangun saja." Jelas si wanita.

Mendengar kata makan malam Yasa jadi teringat sesuatu. "Oh iya, aku udah masak sop sama perkedel. Tinggal ayamnya nanti tolong digorengin ya, Bi."

Yang dititah mengangguk sopan. "Bibi goreng sekarang aja ya, Den?"

"Iya, Bi." Lalu Cakrayasa menyeruput sedikit cairan kopi dari cangkir Sena. Bukan haus, tapi sekedar mengusir dingin yang meraja karna rendahnya suhu udara.

UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang