"BOYS, SARAPAN!!!!"
Suara daun pintu yang dibuka disusul teriakan tak asing sang manajer mengawali pagi cerah di apartment FATE. Satu persatu keluar dari kamar masing-masing dengan dengan wajah setengah mengantuk.
Kecuali Yasa sepertinya. Sang bassis yang sudah rapi dengan kaos lengan panjang dan celana hitam menyongsong Andi di ruang tengah dengan senyum lebar.
"Titipan gue dibawain kan, Bang?"
"Tuh, aman. Lengkap ada semua." Kepala Andi menunjuk bungkusan kresek yang ia taruh di sofa ruang tengah.
"Udah bangun semua kan? Bagus." Sang manajer mengangguk puas melihat kelima anak asuhnya sudah keluar kamar semua. Lalu lirikannya berakhir pada entitas termuda. "Win, bawa ke dapur siapin piring sekalian." Perintahnya menyerahkan bungkusan berisi nasi uduk sebagai menu sarapan.
"Ah elaah gue mulu Bang." Keluh si drummer.
"Salah sendiri lahir terakhir." Ejek Aji yang tertawa melihat Edwin menggerutu tapi tetap melakukan yang diperintah jua.
"Eh, itu apaan Bang?" Giliran Dipa yang menunjuk bungkusan di atas sofa setelah mengucek matanya.
"Buah pesenan Yasa. Nggak tau tuh tumben banget minta buah, biasanya juga mintanya roti atau cemilan." Jelas Andi memimpin langkah ke meja makan.
Namanya juga orang ngidam -batin keempat anggota FATE kecuali Yasa
Lima bungkus nasi uduk sudah ditata di atas piring dengan masing-masing segelas air putih menemani. Edwin menyambut Kakak dan Abangnya dengan cengiran bangga atas hasil kerjanya.
"Ada kabar apa dari si Boss, Bang?" Sena membuka suara selaku leader para membernya.
Andi yang tengah mencomot kerupuk di piring Edwin mendongak sejenak. Berhadapan dengan sorot intimidasi yang tak sadar Sena sodorkan. Karena bagaimanapun tak mungkin manajer mereka datang sepagi ini hanya untuk mengantar sarapan. Pasti ada satu dua hal yang akan ia sampaikan.
"Kalian sarapan dulu deh, habis itu baru gue kasih tau."
"Penting banget?" Edwin.
"Anggep aja gitu." Jawaban Andi tak membuat anak asuhnya puas. Tapi delikan Sena langsung menelan lagi rasa keingintahuan yang membara. Memutuskan untuk makan agar Andi segera memberi tahu apa pesan Boss mereka.
Butuh setengah jam sampai acara makan selesai. Agak sedikit lebih lama karena Yasa yang sibuk menyisihkan tempe orek dan sambal dari piringnya.
"Jadi .... ?" Pancing Aji pada sang manajer setelah piring kotor disingkirkan oleh Dipa ke wastafel dapur.
"Kita nggak dipecat kan Bang?" Entah kenapa kata itu yang terpikir oleh Edwin.
Andi menggeleng. Menyatukan tangan di meja menatap serius satu persatu anak asuhnya. "Kalian nyembunyiin sesuatu dari gue?"
"Hah?" Kelima member saling beradu pandang, bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan sang manajer yang seharusnya gampang.
"Terutama lo, Sen. Lo menghadap Boss Johan sendiri tanpa nembusin ke gue dulu?"
Sena berdehem kecil, mengumpulkan keberanian yang ia miliki.
"Ada apa sebenernya? Dan muka lo? Kenapa bisa bonyok begitu? Tawuran sama siapa lo?" Cecar Andi yang sebetulnya sudah menyimpan tanya sedari tadi Sena menampakkan diri dengan luka memar dan plester di wajah.
Baik Aji, Dipa maupun Edwin memutuskan diam. Mereka sadar ini bukan ranah mereka. Sedangkan Yasa yang duduk di samping Sena diam-diam menyusupkan tangannya ke bawah meja, menggenggam tangan Sena agar sang vokalis tak merasa tersudut sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)
RomanceCerita tentang lima pemuda yang tergabung dalam satu grup band. Dimana impian, perjuangan, luka, dan segala hal tak terduga terlewati bersama di antara mereka. Warning!! * Boys love * Mpreg * 18+ * Local * Once again, it's Mpreg * Don't like, don't...