Kepul asal membumbung tinggi dari vape serasa cokelat yang digenggam Sena. Dengan hanya mengenakan bokser dan rambut acak-acakan, pria itu duduk di meja makan, menatap kosong pintu kamar Yasa dan Aji yang tepat ada di hadapan.
Pintu kayu oak kokoh berwarna putih itu tak tertutup sempurna. Meninggalkan sedikit celah meski yang dapat Sena lihat hanya buram senja di dalam sana karena si leader yang keluar tanpa perlu menyalakan lampunya.
Rasa manis yang menyisakan pahit di tenggorokan membagi fokus Sena dalam pikiran. Ia tahu ia salah. Menggagahi Yasa saat kesadaran bassisnya di ambang rasa adalah hal fatal yang tak seharusnya ia lakukan. Apalagi Yasa mencintai Aji. Dan ia bahkan punya Citra yang saat ini menunggunya menjemput untuk makan malam.
"Arghh, bangsat! Lupain aja, Sen. Lupain please. Anggep nggak terjadi apa-apa." Gumam sekaligus umpatannya pada diri sendiri. Melempar asal vape yang isi liquidnya hampir tandas dan memutuskan masuk kamarnya sendiri.
Mungkin tidur seperti beruang mati sampai besok pagi akan cukup membuat kewarasannya kembali. Lalu janjinya dengan Citra? Ck. Persetan. Ia bahkan lupa smartphone miliknya ia tinggalkan di mana.
....
Yasa bukan seorang peminum yang payah sebenarnya. Pernah ia menenggak dua botol wine sebelum live perform FATE dan ia masih bisa memainkan bassnya untuk tiga lagu dengan baik.
Tapi itu hanya wine, yang kadar alkoholnya tak setinggi vodka yang ditawarkan Sena. Belum lagi pikiran si lelaki manis yang tengah kacau balau karena patah hati ditinggal Aji bahkan sebelum mereka memulai hubungan romantis.
"Aji.." gumam Yasa saat perlahan ia membuka mata. Kelopak yang menutup binar karamelnya terasa berat dan sakit saat coba dibuka.
Sekelebat bayangan atas kepuasan birahi yang ia raih beralas lantai kamar tersamar akan sentuhan jemarinya pada selimut tebal yang membingkai badan. Selimut?
Ah, ia ada di ranjangnya sendiri rupanya. Tidur nyenyak bahkan dengan pakaian lengkap. Siapa yang mengangkatnya kemari? Apakah Aji?
Dan soal teman lama sekaligus cinta pertamanya tersebut -
"Loh, kok bangun Yas? Haus?" Itu suara Aji. Yang rautnya nampak mempesona tersapu sinar lampu temaram di nakas mereka.
Mata bersinar Aji tepat ada di depan Yasa. Membuat yang ditatap sedikit terlonjak lalu beranjak duduk meski langsung dihantam pening di kepala.
"Aji..." panggil Yasa sangat lirih. "Jam berapa?"
"Udah mau jam dua. Gue berisik ya? Jadi bangunin lo." Aji duduk di tepi ranjang Yasa lalu menyibak poni si manis yang menutup dahi basahnya.
Hanya sentuhan ringan, namun hati Yasa begitu hangat saat merasakan.
"Nggak. Gue cuma.... kebangun aja." Gue cuma bingung sama diri sendiri -tambah Yasa dalam hati
"Kenapa sampai larut?" Tambah Yasa dalam pertanyaan.
"Keasyikan ngulik lagu sama Dipa di studio, eh lihat jam udah jam satu aja. Makanya buru-buru balik." Terang Aji yang membuat sekelebat nyeri menyapa Yasa di relung hati. Dipa semenarik dan seasyik itu sampai bisa membuat Aji lupa waktu. Hebat.
"Kenapa nggak nginep aja?"
"Di studio? Makasih, tapi punggung gue lebih milih kasur dari pada sofa keras di sana."
Ck, punggung. Yasa jadi ingat kalau punggung dan bagian bawahnya tak baik-baik saja. Sakit, betulan sakit secara fisik.
Aji baru pulang. Berarti yang ngesex sama gue siapa? -batin Yasa tak bisa mengenyahkan satu nama yang ia yakini jadi tersangka utama
KAMU SEDANG MEMBACA
UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)
RomansaCerita tentang lima pemuda yang tergabung dalam satu grup band. Dimana impian, perjuangan, luka, dan segala hal tak terduga terlewati bersama di antara mereka. Warning!! * Boys love * Mpreg * 18+ * Local * Once again, it's Mpreg * Don't like, don't...