Closer

6.8K 672 37
                                    

Sehari setelah Yasa pulang dari rumah sakit, Andi datang di pagi hari dengan membawa lima porsi nasi uduk untuk sarapan para personel FATE. Maklum, sang 'mama' sedang dalam masa pemulihan sehingga tak ada yang membuatkan mereka sarapan.

Keenamnya berkumpul di meja makan dengan lima orang menikmati sarapan, sedang satu yang paling tua hanya menyesap kopi hitam yang diseduhnya sendiri. Ditemani bermacam obrolan ringan, ritme pagi berjalan nyaman seiring mentari yang naik ke permukaan.

"Sen, soal tawaran manggung di Surabaya udah ada keputusan?" Pertanyaan Andi membuat Sena yang sedang minum sedikit tersedak.

Empat entitas lain langsung menatap Sena penuh menunggu jawaban. Karena sama sekali belum pernah sang leader membuka obrolan soal tawaran tersebut pada mereka.

"Eung.. minggu depan kan Bang?" Si posisi vokal teringat Bos manajemen pernah membicarakan hal ini padanya saat meeting tempo hari.

"Iya. Manajemen kita diminta tiga slot artis, salah satunya kalian."

Ragu, mata selegam jelaga Sena memindai satu persatu anggotanya mencari reaksi. Lalu lama terpaku pada sang bassis yang duduk di seberangnya, tepat di samping Aji.

"Tapi Yasa kan lagi masa pemulihan, Bang." Sejujurnya Sena khawatir dengan keadaan Yasa yang hamil tiga bulan.

"Masih minggu depan, Sen. Masih ada waktu sambil nunggu Yasa pulih total." Aji yang menjawab.

"Gimana, Yas?" Sang manajer bertanya langsung pada yang menjadi objek obrolan.

Yasa melirik. Menaruh kembali sendok yang sudah kosong ke atas piring sebelum menjawab. "It's ok. Maybe tiga hari lagi gue udah bisa ikut latihan."

Enteng. Yasa tak menyadari netra leadernya menyorot sendu menyimpan gelisah.

"Ok fix berarti kita ambil tawarannya ya. Minggu depan kita ke Surabaya. Buat jadwal seminggu ke depan, gue kasih istirahat deh sambil nunggu Yasa pulih. Nanti latihan kalian atur aja. Ok??"

"OK, BANG!!" Serempak para personel FATE menjawab pertanyaan retoris manajernya.








....








"Sen... Sena??"

"Oh, maaf maaf aku rada capek kayaknya." Dengan sedikit terkejut, Sena yang kini tengah duduk berdua makan malam romantis bersama Citra harus langsung membaur lamunannya soal Yasa dan bayi dalam kandungannya.

"Kamu latihannya jangan over ya, Sen. Jaga kesehatan juga." Nasehat Citra dibalas angguk dan senyum seadanya lalu melanjutkan menyendok pasta yang ada di hadapan.

Pikiran Sena terlalu penuh akan Yasa, Yasa dan Yasa. Bagaimana Yasa banyak melalukan kesalahan saat tadi mereka latihan, bagaimana Yasa kurang fokus, bagaimana Yasa gampang berubah mood bahkan sampai marah-marah pada Edwin yang menyambar ayam jatah makan siangnya, bagaimana Yasa menangis hanya karena senar bass-nya putus, dan bagaimana Yasa menyuruhnya ganti parfum karena menurut Yasa parfum Sena berbau tidak sedap di hidungnya.

Di saat ketiga anggota yang lain menatap aneh sekaligus bingung pada tingkah-tingkah Yasa, Sena justru berdiri terdepan mensugesti para personel lain mengatakan jika Yasa hanya sedang lelah. Padahal jelas ia tahu tingkah Yasa adalah karena efek adanya janin miliknya di perut sang bassis.

"Besok flight jam berapa, Sen? Aku anter ke bandara ya?" Suara Citra meminta atensi lagi.

Sena mengusap mulutnya dengan tissu. "Jam sebelas. Nggak usah deh kayaknya, Cit. Kamu juga ada jadwal syuting kan besok?"

"Jam sebelas udah hampir jam makan siang, nanti aku melipir syuting sebentar buat nganter kamu nggak apa-apa kok."

"Hmm.. tetep nggak. Aku nggak mau ngerepotin kamu. Yang penting kamu do'ain aja aku selamat sampai tujuan." Jemari Citra yang ada di atas meja diusap penuh sayang.

UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang