Suara langkah sol karet sepatu Converse menggema bersamaan saling memburu dengan ketuk wedges shoes pada lantai marmer di sepanjang lorong menuju ruang bangsal anak. Dua entitas yang muncul mengusik atensi Aji Dharma yang duduk sendirian menunduk dengan mata terpejam.
"Ji, anak gue gimana?" Tanya Sena menunjukkan raut panik tersemat jelas.
"Bangsat!" Tapi bukannya merespon sang bandmate, Aji malah mengumpat tak habis pikir pada kehadiran satu persona lagi di belakang Barsena.
"Ji, Arsean gimana?? Yasa dimana??" Tak sabar, Barsena bertanya lagi. Mendesak, muak dengan keterdiaman Aji yang menatapnya datar seolah dia bukan hal ada.
Seorang di belakang Sena maju selangkah, memegang lengan sang vokalis menenagkan. "Sabar, Mas. Inget ini rumah sakit, jangan bikin ribut."
Seorang wanita muda dengan skinny jeans gelap dan kaos merah lengan panjang berkata lembut menggunakan suara halus. Rambutnya yang panjang tergerai sebagian jatuh menutup sisi muka.
"Tapi Rin.."
Aji memutar mata, menatap malas pada interaksi dua manusia di hadapan. "EKHEM!!" Sengaja ia berdehem demi kembali menarik perhatian.
Baik Sena maupun si gadis kini memusat mata pada sang gitaris. Menunggu kata yang hendak diucap Aji, entah sebuah pengusiran atau malah informasi.
"Arsean di dalem sama Yasa, udah ditangani dokter tadi."
"Syukurlah Tuhan.." lega sontak menyapa Sena, layaknya rinai hujan di tengah kemarau panjang. "Gue boleh masuk, Ji?"
Aji sejenak mempertimbangkan. Panggilan mendadak dari Yasa yang meminta bantuan padanya sudah jelas memberinya sinyal jika antara ia dan suaminya sedang tak dalam keadaan baik-baik saja. "Dia...." Gerak mata Aji mengarah pada si gadis.
"Ah, ini Arini Ji. Anak baru yang gue produserin." Jelas Sena mengetahui kemana arah pertanyaan Aji.
Yang diperkenalkan maju, menjabat tangan Aji. Menatap canggung lelaki berkaca mata yang juga merupakan seniornya di manajemen milik Johan Sanjaya.
Cklek...
"Ji, tolong beliin air........"
Deg.
Yasa yang baru keluar ruangan sembari menunduk mendadak menghentikan kata menemukan Aji tak sendiri disana. Ada dua sosok lain yang membuat darahnya berdesir, sakit. Mata yang masih sayu kini berkilat menunjukkan luka beku.
"Sen.." bahkan panggilannya hanya sekedar kecap tanpa suara. Kelu rasanya lidahnya mengucap nama lelaki yang semalam ribut besar dan berakhir pergi begitu saja meninggalkannya.
Sena maju, mendekat hingga tepat berdiri di depan raga Yasa yang mematung. Dibawanya dalam peluk erat badan gempal sang istri walau agak kesusahan karena ukuran perut Yasa yang memisahkan.
"Yas, Arsean baik-baik aja kan? Arsean kenapa?"
Racauannya tak berguna apa-apa bagi Yasa. Si lelaki berbadan dua masih setia diam tak bergerak bahkan untuk membalas pelukan suaminya.
"Lepas." Desis sang bassis sambil mendorong dada Barsena. Membuat si tampan sedikit terhuyung ke belakang karena tak punya kesiapan.
"Yas....." Barsena menatap nanar pada si lelaki manis.
"Anjing lo, Sen!!" Suaranya lirih namun ditekan penuh. Mengarah jari telunjuk tepat di muka leadernya. Matanya menyorot tajam dengan dada naik turun pertanda nafasnya memburu. "Anak lo hampir mati kalau aja telat dapat penanganan dokter dan sekarang lo kemari bawa selingkuhan lo ini??"
Netra sehangat karamel kini melirik pada sang gadis yang sejak tadi diam menyaksikan pertengkaran sepasang suami istri tanpa berkomentar ap-apa. Tatapannya makin menusuk, marah namun juga miris penuh luka di waktu bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)
Любовные романыCerita tentang lima pemuda yang tergabung dalam satu grup band. Dimana impian, perjuangan, luka, dan segala hal tak terduga terlewati bersama di antara mereka. Warning!! * Boys love * Mpreg * 18+ * Local * Once again, it's Mpreg * Don't like, don't...