Your Lap

5.5K 562 31
                                    

Waktu berjalan merangkak melewati dinamika kehidupan yang begitu lambat. Teramat lambat bagi Cakrayasa yang setiap detiknya ia hitung menunggu emosi Sena mereda.

Hampir pukul dua belas malam. Sang bassis memaksa binernya tetap terjaga demi menunggu dominannya yang tak kunjung pulang. Sudah semenjak pagi datang Sena menghilang. Menenggelamkan raga dalam riuh pekerjaan di kantor memenangkan ego atas pemuda manis yang berhari ia acuhkan.

Semakin lama Yasa semakin muak. Merasa sulit menghadapi hari ketika Sena mengabaikannya seolah raganya hanya angin yang sekelebat lewat lalu menghilang begitu saja.

"Tok.. tok.. tok.." iseng ia ketuk perutnya yang nampak bulat dalam posisi selonjor bersandar di kepala ranjang. "Hallo.. di dalam ada orang nggak ya?" Lalu terkekeh karena tingkah randomnya sendiri.

Yasa pikir mengajak putranya bicara dapat membantunya mengusir kantuk yang mulai menyerang. "Muffin... main yuk? Muffin lagi apa? Ikut nunggu Papa juga ya?"

"Muffin kangen nggak sama Papa? Udah mau empat hari nih kita nggak dipeluk Papa." Boro-boro dipeluk, diajak bicara saja tidak.

Yasa berhenti mengelus perutnya. Menatap kosong pada lantai kamar yang bersih setelah ia pel tadi siang. "Emang salah gue sih. Gara-gara nggak suka lihat Sena sama Citra aja gue jadi bertindak sembarangan mau ngguyur anak gue pake wine. Eh, tapi kenapa harus nggak suka? Bego banget sumpah." Menggumam pada diri sendiri.

Lama beranjak, malam semakin larut dalam buaian gelap. Netra karamel Yasa memberat, penuh merah di lensa. Ia jatuh, tertidur merengkuh lelap sebelum tujuannya tercapai, menunggu Barsena pulang.








....








Barsena Pramudya, putra bungsu Lidya dan Ananta yang dididik jadi pribadi penuh tanggung jawab dan belajar menekan ego sendiri. Sayang, beberapa hari ini Sena kalah. Egonya terlalu menguasai sehingga melarang diri berinteraksi dengan Yasa yang selalu menghujani dengan tatap sendu. Padahal jauh dalam palung hati, Sena begitu ingin merengkuh raga rapuh itu dalam peluk dan kecup sayang.

Seperti malam ini, sang vokalis membuka pintu apartment ketika lampu sudah berubah remang. Sepi, langkahnya bahkan nyaring terdengar.

"Gue kirain lo nginep di kantor."

Deg.

Sena berjengit saat sebuah suara menyapa indera. Langkah mengendapnya berhenti total ketika menemukan siluet Aji duduk menatap televisi mati.

"Anjing, bikin kaget aja." Sang vokalis ikut duduk di sofa ruang tengah bersama gitarisnya. "Ngapain lo nontonin tivi nggak nyala?"

"Nungguin lo, goblok."

"Gue?" Sena menunjuk dirinya sendiri tak percaya. Duduknya disandarkan ke belakang, menyugar rambut yang poninya mulai panjang.

"Ada yang mau gue bicarain." Tegas Aji.

"Soal adek lo, ya?" Sena terkekeh pelan. Paham jelas jika Yasa masih jadi prioritas bagi si tertua.

"Bentar." Aji undur diri sejenak ke arah dapur. Kembali dengan dua kaleng bir yang salah satunya ia serahkan pada Sena.

"Minum dulu, biar otak lo nggak ngadat." Ujar Aji ketika Sena hanya menatap kaleng di tangannya.

"Terakhir kali gue begini sama Yasa, dia hamil Ji."

"Itu sih lo nya aja yang sangean. Lagian mana mabok sih pake bir doang?"

Sena menertawakan sindiran Aji. Menyadari kemungkinan Aji tahu jika ia tak mabuk saat kejadian itu.

Suara 'ctak' kaleng dibuka disusul tegukan rakus dari Sena membuat Aji mulai mempersiapkan diri dengan banyak kata yang akan ia ucap pada sang leader. Sedangkan Sena yang menyadari aura serius menerpa kewarasannya menjelang dini hari.

UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang