Busking

16.5K 792 28
                                    

Sebagai band yang tengah digandrungi berbagai kalangan terutama para remaja putri, busking menjadi salah satu strategi marketing yang dijalankan oleh FATE. Bermain musik di pinggir jalan, menyanyi menghibur secara dekat dengan para Fate Destiny (fans mereka) mirip pengamen jalanan yang menjaja kota dengan lagu mereka.

Setelah menyanyikan sekitar lima lagu, ke lima personel FATE meninggalkan area busking menuju van yang dikemudikan sang manajer. Membiarkan para staff dari manajemen mereka membereskan alat-alat yang mereka gunakan.

Dalam perjalanan kembali ke dorm, Sena selaku leader yang duduk di sisi pengemudi memperhatikan setiap gerik anggotanya lewat kaca spion di bagian depan. Edwin duduk di baris kedua sembari tertidur pulas menutup muka menggunakan snapback. Di sampingnya ada Yasa yang terbengong menatap jalanan dengan tatap kosong macam remaja galau yang baru putus cinta. Sedang di baris ke tiga Dipa dan Aji mengobrol seru sambil sesekali terkikik geli atas percakapan mereka sendiri.

"Guys, mau makan dulu nggak?" Sena menolehkan badan ke belakang.

Tapi yang menjawab hanya satu orang. "Langsung pulang aja, Sen. Kita order makanan aja." Yasa yang bersuara. Yang lain masih sibuk dengan keduanya.

Sena mengangguk. Mulai mengambil smartphone-nya di saku celana untuk memesan beberapa makanan yang disesuaikan dengan selera para membernya.

Ada yang aneh dengan Yasa. Itulah isi kepala Sena sekarang. Meski dikenal dengan seorang yang paling punya banyak pekerjaan di dorm, tapi Yasa adalah pribadi yang selalu ceria dan gemar mengumbar senyum apalagi pada fans-nya. Tapi hari ini Sena menyaksikan sendiri, bahkan saat busking-pun senyum manis itu jarang ditampakkan sang pemilik.

"Bang Andi, nanti tolong ambilin pesenan kita di lobby ya. Gue udah chat drivernya." Sena menitah sang manajer yang iya-iya saja setelah mobil van terparkir di basement dorm.

Kelimanya kini jalan beriringan menaiki lift ke lantai tiga di mana dorm mereka berada setelah membangunkan Edwin dengan Dipa yang sedikit mengisenginya.

Sampai di dorm semuanya kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat atau sekedar berganti pakaian. Begitu juga Sena. Hanya melepas celana jeans-nya, membiarkan kaos dan celana pendek tetap melekat ia langsung ke arah dapur untuk mencari minuman dingin di kulkas. Tenggorokannya lumayan kering setelah menyanyikan lima lagu tadi.

Selepas dahaganya termanja, siluet tak asing di sofa ruang tengah mengundang atensinya mendekat.

"Yas, ngapain?"

Yasa yang tampak belum mengganti pakaiannya sama sekali menoleh mendapati sang leader di belakangnya. "Ini, lagi milah-milah baju kita yang kemaren dilaundry. Biar bisa langsung masuk lemari masing-masing."

Itulah Yasa. Bassis yang memang berperan sebagai sosok 'ibu' di band mereka. Urusan kebersihan dorm, pakaian, makan para member, semua secara tidak langsung dipercayakan padanya.

"Yas, lo lagi ada masalah?"

Tangan yang sedang berkutat dengan lipatan pakaian otomatis terhenti menatap sang leader yang ikut duduk di sofa bersamanya. "Kenapa tanya gitu?"

Sena mengedik kedua bahunya. "Lo kaya muram aja dari tadi perform."

Sang bassis terkekeh sarkas melanjutkan pekerjaannya. "Gue kira lo perhatiin Citra doang tadi sampai lupa sekitar."

Ah, Citra. Citra Amanda, Si model video clip yang sedang dekat dengan Sena belakangan. Membahasnya membuat Sena menuai semu yang kasat mata.

"Tadi Citra dateng kan? Kenapa nggak lo samperin aja?" Giliran Yasa yang bertanya.

"Nggak lah. Bisa dibacok fans kita kalau gue terang-terangan flirting sama cewek."

Bersama dengan jawaban Sena, Dipa keluar dari kamar milik Aji dan Yasa sambil menenteng gitar milik Aji. Langkah sang keyboardist dibawa masuk ke kamarnya sendiri yang dihuni bersama Edwin.

UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang