(+) Two

4.6K 361 29
                                    

Seperti kembali ke masa-masa beberapa tahun lalu ketika FATE band sibuk promosi sana-sini demi menjual lagu-lagu mereka, dari acara ke acara on air off air hingga busking di ruang publik tanpa bayaran. Selama periode tersebut tak sekalipun Andi lepas dari tanggung jawab sebagai manajer yang juga merangkap supir antar jemput mereka dengan mobil van yang penuh kenangan.

Hari ini semuanya bak kembali terulang. Para personel FATE yang baru saja menjalani proses shooting program live talkshow siang mengobrol hangat di dalam van menuju apartment dengan Andi di roda kemudi.

"Ini Dipa beneran nggak mau dianter ke rumah aja sekalian?" Andi sekali lagi bertanya.

Pasalnya berbeda dengan Aji dan pasangan Sena-Yasa yang meninggalkan kendaraan di basement parkir apartment, Dipa tadi diantar oleh suaminya sekalian Arik berangkat ke kantornya.

"Nggak, Bang. Biar Arik yang ke apartment aja nanti."

"Ok deh."

Ngomong-ngomong soal Yasa, sang bassis yang duduk di baris kedua bersama Sena hanya menyandar saja di bahu suaminya semenjak masuk ke dalam mobil. Mood-nya sedang hancur karena tak sengaja salah satu host acara talkshow tadi menyinggung soal berat badannya yang belakangan makin naik. Dasarnya memang Yasa sedang moody-an di kehamilan keduanya yang masuk bulan ketiga.

"Gue nggak ikut turun ya, mau langsung ke kantor ada meeting sama si Boss." Pamit Andi saat menurunkan para anak asuhnya di depan lobby.

Sang leader maju mengiyakan. "Ok, Bang. Thanks ya buat hari ini." Yang dijawab acungan jempol oleh manajernya.

Langkah lima orang kembali beriringan menyusur lantai-lantai dan lorong hingga sampai di unit yang sekarang hanya dihuni Edwin seorang.

Cklek...

"MAMAAAAA!!!"

Pintu baru saja dibuka sang drummer, tapi suara melengking bocah balita laki-laki sudah menyapa diiringi langkah cepat setelah melempar asal mainan mobil-mobilannya. Kaki kecil Arsean berlari menuju sang Mama bahkan sampai melewati Edwin yang berdiri paling depan.

"Haai, Arsean sayang lagi apa? Arsean nggak nakal kan?" Tanya Yasa setelah ia berjongkok dan membawa putra pertamanya dalam pelukan.

"Sean habis mam nasi goreng sama Kak Kev."

"Good boy."

Mood buruk dan rasa kesal yang sedari tadi melanda mendadak menguap bersama udara. Kehadiran Finanda Arsean memang seolah punya kekuatan ajaib bagi Cakrayasa.

"Ck, udah mau jadi Kakak masa masih manja?" Cicitan Edwin langsung dibalas desis dan satu jari di mulut oleh Kevin yang hari itu bertugas menjaga Sean di apartment.

"Nggak usah ikut-ikutan." Bisik si sulung Liyandi.

Biasanya Sekar Ayu lah yang menjaga Sean saat orang tuanya bekerja. Tapi Mama Yasa tersebut sekarang tengah ada kunjungan luar kota untuk bisnis arsitektur yang diwariskan Dhanu padanya.

Kini enam orang dewasa dengan satu anak kecil berkumpul di ruang televisi yang dibiarkan tanpa nyala. Dipa, Kevin dan Yasa duduk di sofa, Aji mengambil minum ke dapur, Edwin duduk meleseh memainkan kaki Kevin yang tepat di sampingnya dan Sena juga meleseh dengan sang putra dalam pangkuan.

"Pada laper lagi nggak?" Suara Yasa memecah keheningan yang sempat tercipta.

Sena yang menjawab. "Lumayan sih, tadi nasi kotaknya dikit banget isinya."

"Ya siapa suruh tadi Bang Andi ngajak makan  siang lo-nya nggak mau, Bang?" Seru Dipa.

Sang vokalis hanya berdecak. "Yasa keburu pengen ketemu Sean."

UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang