Pagi masih baru menjejak hari. Bercak tetes hujan semalam di kaca jendela juga belum sepenuhnya kering. Namun Barsena sudah kepayahan bermain kucing-kucingan di lorong-lorong rumah sakit.
Berlari kecil, kemudian menepi di sudut gelap untuk menyembunyikan diri. Berlari lagi, lalu sembunyi lagi. Siklus berulang berusaha tak ketahuan oleh Cakrayasa yang baru datang diantar supir Mamanya. Tak hanya Yasa, para wartawan yang mondar-mandir di lobby rumah sakit juga jadi alasan permainan kucing-kucingan.
Ini hari ketiga Arsean di rawat. Perkembangan kesehatan si bocah cukup membaik pesat dan tak menunjukkan tanda-tanda mengkhawatirkan. Tak sia-sia rasanya Sena selalu begadang di rumah sakit menemani Aji atau Edwin walaupun tak punya kesempatan mengobrol dengan Sean yang selalu sudah terlelap saat ia datang.
"Ck, gawat kok wartawannya makin rame???" Monolog Sena yang kini sembunyi di balik dinding di dekat resepsionis.
Berita tentang renggangnya hubungannya dengan Yasa sedang menjadi topik hangat sejak kemarin. Apalagi Yasa yang selalu tertangkap kamera datang sendirian ke rumah sakit tanpa Sena di sisinya.
"Apa gue telfon Bang Andi aja minta dijemput?" Gumam sang leader lagi membuka smartphone yang sejak tadi tersimpan di saku jaket kulit hitam.
"Bang!"
Deg.
Sena buru-buru menoleh ketika merasa namanya dipanggil dengan tepukan di bahu kanan. Edwin yang semalam menemaninya menunggui Arsean kini menatapnya dengan sorot tajam.
"Ck, ngagetin aja lo!" Sena berdecak dengan suara lirih, masih setengah berjongkok di belakang resepsionis.
Tak merespon, si drummer malah melongokkan kepala melihat situasi lobby yang riuh para reporter dan kameraman-nya masing-masing menunggu entah Sena, Yasa atau personel FATE yang lain yang busa mereka wawancarai demi konten berita gosip terkini.
"Kayanya lewat belakang pun lo bakal keciduk wartawan sih, Bang." Ujar Edwin menunjukkan foto di smartphone dimana banyak wartawan juga berjaga di pintu belakang rumah sakit, foto kiriman dari Andi.
"Terus gue harus gimana, Win??" Frustrasi juga si tampan lama-lama. Hell, sepagi ini?? Apa para wartawan itu tak pulang sejak kemarin??
"Masuk aja. Lagi pula Arsean nanyain Papanya terus dari tadi. Kangen kali." Enteng betul mulut si termuda.
Tak sebanding dengan gemuruh ramai jantung Sena yang mendadak keras seolah bisa didengar telinga. Inikah waktu yang tepat untuk ia kembali menemui Yasa?
"Tapi kan....."
"Kalau lo menghindar terus begini malah Kak Yasa bakal ngira hipotesanya bener, Bang. Atau jangan-jangan emang.........." Sang drummer memicing ke arah vokalisnya.
"Enggak, anjing!!"
"Ya makanya, ayo masuk. Kalau ada masalah sama hubungan kalian, yang diselesein tuh masalahnya aja, Bang. Jangan hubungannya."
"Bangsat." Di mulut memang umpatan, namun di hati Sena betulan tertohok karena ucapan Edwin terasa benar adanya.
....
Arsean yang baru saja selesai disuapi bubur rumah sakit oleh sang Mama kini sibuk memainkan remote televisi, mencari channel yang menayangkan kartun pagi kesukaannya. Di sofa Yasa berada, sendirian mengelus perut besarnya yang terbalut kemeja kebesaran dengan bagian lengan ia gulung sampai siku.
Usia kandungan yang semakin tua membuat nafas Yasa semakin sering terasa berat. Bagian dadanya seolah terhimpit tubuh bayi yang semakin minta ruang lebih dalam tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)
RomantikCerita tentang lima pemuda yang tergabung dalam satu grup band. Dimana impian, perjuangan, luka, dan segala hal tak terduga terlewati bersama di antara mereka. Warning!! * Boys love * Mpreg * 18+ * Local * Once again, it's Mpreg * Don't like, don't...