Playstation

4K 387 48
                                    

Tepat seminggu Arsean pulang dari rumah sakit setelah drama kesensitif-an Yasa yang meningkat dilanda cemas menjadikannya uring-uringan terutama pada Barsena. Tiga hari terasa lebih dari cukup untuk si pengolah vokal dalam menghadapi kesemerawutan perasaan Yasa di dalam kamar rawat Arsean.

"Wauw, ini tumben banget sarapan pakai menu lengkap empat sehat lima sempurna??" Edwin yang baru bergabung di meja makan menyusul ketiga lainnya memandang kejut menu-menu di atas meja.

Nasi hangat, cah brokoli udang, ayam goreng telur, buah-buahan yang tertata di tengah meja, serta susu di masing-masing hadapan para personelnya.

"Tanya emak lo deh coba." Aji menoleh ke arah Yasa yang baru dari dapur membawa tempe goreng sebagai tambahan lauk.

"Ada apa emang Kak? Gaji kita baru pada turun?" Tanya Edwin lagi kali ini ke arah bassisnya.

Sedikit menoyor kepala si bungsu, Yasa lalu duduk di tengah antara Edwin dan Sena. "Yah anggep aja ini syukuran kesembuhan Arsean, Win. Lagi pula sejak ada Arsean gue jadi jarang masakin macem-macem kan buat makan kalian?"

Repot tentu saja. Pagi ini saja Yasa bagun sejak subuh demi menyiapkan sarapan. Berterimakasihlah pada Sena yang sigap menjaga Arsean dan memberi susu dari asi hasil pumping Yasa jika si bayi tiba-tiba merengek rewel.

"Ngomong-ngomong soal Arsean, kok tumben belum ada suaranya? Udah bangun, Kak?" Tanya Dipa ikut bersuara.

"Nggak tau. Tuh tanya Bapaknya. Tadi sih udah sempet bangun minta mimik." Sambil mengambilkan nasi satu persatu para membernya, Yasa menunjuk Sena yang sedari tadi sibuk dengan smartphone dalam genggaman.

"Hah? Apa?"

"Ck, itu ditanya Dipa. Anaknya lagi apa?" Ulang Yasa berdecak karena merasa fokus Sena sedang tak di sana.

Sena ber "oh.." ria lalu kembali mengotak-atik benda pipih di tangannya. "Tidur tadi habis nyusu. Capek kali semaleman ngajak Papa sama Papinya begadang."

"Sena makan dulu, taruh hapenya." Geram Yasa saat yang lain sudah siap dengan sendok di tangan, tapi Barsena belum melepas smartphone-nya jua.

"Bentar, sayang. Ini orang WO lagi laporan masalah gedung sama catering. Bang Andi juga nanya mastiin buat perform besok yang jadwalnya kosong siapa aja."

"Catering nanti kita cobain menu-menunya dulu kan?" Tanya Yasa.

Sena mengangguk dengan gumaman. Melakukan perintah Yasa setelah mengirim pesan balasan pada pihak WO yang mengatur persiapan pernikahan.

"Besok katanya kita bisa cobain catering sekalian fitting baju aja."

Yasa mengangguk mengiyakan. Dalam hati masih merasa tak percaya dalam hitungan tak ada sebulan ia dan Sena akan bersatu dalam ikatan atas nama Tuhan. Bahkan persiapan yang mereka lakukan beberapa terasa dadakan.

"Kalau soal Bang Andi gimana? Besok yang bisa ikutan perform siapa aja?" Pertanyaan Sena mengarah pada schedule FATE band yang diundang tampil di acara pesta tahun baru yang diadakan sebuah perusahaan pemilik brand elektronik lokal ternama.

"Gue bisa, Bang." Edwin memulai.

"Gue juga. Acaranya mulai jam berapa?" Aji.

"Jam tujuh. Berarti sebelum jam enam kita usahain udah ngumpul buat make up sama hairstyling." Jelas Sena.

"Lo sama Yasa nggak bentrok tuh sama jadwal nyoba catering, Sen?"

"Nggak, Ji. Nyicip catering mah selesai nggak sampai sore. Nanti gue sama Yasa langsung ke lokasi aja habis selesai fitting."

Sena melirik Yasa yang rautnya sedikit murung mendengar jadwal padat mereka besok. Bukan apa, jika Yasa dan Sena sama-sama bekerja berarti Arsean akan mereka titipkan ke rumah Mama Sekar agar si bayi tak terabaikan. Dan itu artinya Yasa tak akan bertemu Arsean seharian.

UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang