Apart

5.3K 535 22
                                    

"Dance floor bentar yuk, gue lama nggak senam." Ajakan Edwin yang diiringi kepergiannya bersama Aji dan Andi ke lantai dansa tak digubris Sena sama sekali. Keinginannya hanya cepat-cepat menyelesaikan makan lalu pulang membawa jauh Yasa dari segala bentuk hal yang berbau Arik Wibisana.

Mengetahui fakta jika Arik adalah lelaki yang orang tua Yasa siapkan bagi sang bassis di masa depan membuat relung hati Sena terasa tak nyaman. Belum lagi pandangan sinis Papa Yasa yang sempat melewati mereka, ia semakin yakin ia tak punya tempat apa-apa di keluarga bassisnya.

Runyam lamun Sena buyar seketika kala seorang datang menepuk pundaknya dari belakang. "Hei, lama nggak ketemu ya?"

Sena langsung menoleh. Mengikuti gerakan seorang yang menepuknya yang kini mengisi kursi yang Aji tinggalkan, di sampingnya. "Citra..."

"Aku gabung sini nggak apa-apa kan? Males banget temen-temenku lagi pada di sana." Bukan izin, hanya pemberitahuan karena Citra nyatanya sudah duduk sambil menunjuk kerumunan yang menelan Edwin, Aji dan Andi tadi.

"Gabung aja Cit, nggak masalah kok." Yasa yang menanggapi akrab. Tak menangkap gelagat tak suka yang Sena pancarkan.

"Kenal Arik juga?" Kali ini Dipa yang bertanya.

"Masih sepupu jauh." Entah mengapa Sena merasa sangat curiga pada gelagat si gadis yang cantik dengan mini dress-nya tersebut.

"Sen, kamu belakangan kenapa jadi susah dihubungin?" Sena tersentak kecil atas pertanyaan Citra.

Tak mungkin ia berkata jujur jika ia ingin menghindar dan mengubur semua kenangan kecilnya bersama Citra dan memupuk kenangan baru bersama Muffin dan Yasa. "Sibuk." Akhirnya hanya satu kata yang jadi tameng.

"Padahal aku mau balikin barang-barang kamu yang ketinggalan di apartmentku."

"Hng?" Tentu saja alis Sena mengerut penuh tanya. Walaupun sempat dekat beberapa bulan, tak sekalipun ia mampir ke apartment si wanita. Hanya mengantar, itupun sampai depan pintu saja.

"Beberapa kaos kamu, hoodie, celana sama boxer udah aku kumpulin. Aku taruh di lemariku, tempat kamu biasa naruh stok celana dalem."

Deg.

Nih cewek lagi tugas mengarang bebas apa gimana? -batin Sena mulai tipis rasa sabarnya

Jantung Sena berdetak tak karuan. Resah merambat menyerang dada ketika menyaksikan Yasa hanya diam saja namun tatapnya menyirat luka.

"NGARANG!!" Tak perlu pikir panjang Sena berdiri bangkit meraih pergelangan Citra dan menyeretnya ke salah satu sudut yang cukup gelap dan sepi.

"Issh, Sen pelan-pelan dong??? Apaaan sih??"

"ELO YANG APAAN, BRENGSEK?" Suaranya lirih, tapi penuh penekanan di setiap suku kata.

Tangan Citra dihempas, meninggalkan bekas merah di pergelangan berhias gelang rantai manis sewarna silver.

"Kenapa? Takut Yasa tau?"

Sekali lagi Sena tersentak entah untuk keberapa kali malam itu.

"Heh? Maksud lo apa??" Sesekali sembari melirik kanan kiri, takut jadi pusat perhatian dan malah akan merubah semuanya semakin runyam.

Citra tersenyum. Bentuk kurva yang sama seperti beberapa bulan lalu yang sering dipuji manis oleh Sena. Tapi anehnya malam itu senyuman Citra terlihat menyeramkan, jauh dari manis yang pernah Sena labelkan.

"Kamu lagi pdkt sama Yasa? Ah, atau malah udah jadian?" Citra terkikik pelan. "Jadi dugaanku bener kan, kamu buang aku buat cowok macam Yasa?" Beruntung tak sejauh yang Sena kira.

UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang