Twenty Weeks

6.1K 578 61
                                    

Siluet manis berdiri menatap riuh jalanan pagi lewat kaca jendela yang ada di apartmentnya. Wangi semerbak parfum beraroma kombinasi grasse rose dan geranium berpadu lembut dengan wangi alami dari tubuh si lelaki.

"Widih, udah cakep aja pagi-pagi." Suara Edwin yang menginterupsi dari belakang membuat Yasa menoleh dengan senyuman. "Mau kemana, Kak?"

"Ke kliniknya dokter Maya."

"Lihat Muffin?"

Yasa mengangguk.

"Ikut dong????? Gue juga pengen lihat adek gue Kak." Rengek Edwin yang masih saja bersikeras minta dipanggil Abang oleh calon anak Yasa.

"Ijin Sena sana."

Edwin sudah akan mengeluh lebih jauh ketika pintu apartment mereka terbuka. Sena masuk bersama Dipa sama-sama membawa tumpukan baju bersih dari laundry langganan mereka.

"Apa lo liat-liat gue?" Sinis Sena mendapati Edwin yang menatap telisik ke arahnya.

Belum lagi Edwin menjawab, fokus Sena lebih memilih beralih pada sosok Yasa yang nampak bersinar begitu menarik di matanya. "Udah siap ya? Bentar ya aku ganti baju dulu."

Yasa mengangguk dengan senyum sipu.

"Mau kemana emang, Bang?" Giliran Dipa yang bertanya setelah meletakkan baju-bajunya ke sofa.

"Check-up kandungan Yasa."

"Mau USG ya? Gue ikut boleh nggak sih? Bosen banget di rumah doang dari kemaren." Sang keyboardist meminta dengan polosnya.

"Wah kebetulan, tuh Edwin juga katanya mau ikut. Boleh kan Sen? Biar rame." Pinta Yasa.

Kalimat sang bassis menghasilkan kerutan di dahi Dipa. "Loh, sama Edwin juga?" Ia lirik Edwin yang sedari tadi sama sekali tak disapa.

"Iya. Nanti biar Sena bilang dokter Maya. Iya nggak, Sen?"

"Eh, nggak jadi deh. Gue di rumah aja kalau Edwin mau ikut." Rubah Dipa atas keputusannya.

"Kenapa? Katanya bosen kalau di rumah terus?" Bingung Yasa.

"Nanti ganggu pasien lain kalau ramean, Kak." Alasan Dipa.

"Nggak lah, orang dokter Maya udah sediain waktu pagi sampai siang ini buat kita doang kok." Sena yang menjelaskan.

"Udah pada ikut aja yuk, temenin gue. Sana pada ganti baju gue sama Sena tungguin di mobilnya Sena ya di basement? Biar Aji aja yang jaga rumah. Salah sendiri jam segini masih molor dia."

Dipa sudah akan kembali menolak. Pun dengan Edwin yang tak enak melihat rupa melas Dipa. Tapi sayang tatapan peringatan dari Sena agar si keyboardist tak mengecewakan Yasa membuat mau tak mau Dipa mengiyakan permintaan bassisnya.

"Iya, Kak." Dipa dan Edwin merespon bersamaan sebelum meninggalkan Yasa dan Sena yang saling bertatapan.

"Kenapa sih mereka? Berantem?" Bingun Sena yang dijawab gelengan kecil oleh submasive-nya.

"Udah gih buruan ganti baju sana. Aku udah nggak sabar tau mau lihat Muffin."

Sang leader mengangguk dengan tawa kecil. Tangan kanannya terulur mengelus permukaan perut Yasa yang tampak menonjol dari balik kemeja biru tuanya. "Bentar ya, sayang. Papa ganti baju dulu sebentar." Lalu mengecup perut Yasa tanpa sadar efeknya begitu besar bagi si manis di hadapan.










....










Baru berjalan beberapa ratus meter mobil Sena harus kembali berhenti karena mengisi bahan bakar di SPBU. Menunggu antrean yang cukup mengular tanpa inisiatif salah satu menciptakan suara membuat suasana dalam mobil makin hening saja.

UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang