Daydream

4.6K 508 45
                                    

Dencit karet sol sepatu mengiring langkah ringan Andi yang membawa belanjaan di tangan kanan. Pria yang menjadi manajer grup band FATE sejak awal dibentuk itu kini tengah menyusur lorong menuju apartment yang dihuni anak asuhnya.

Pintu yang dituju sudah menyisakan beberapa langkah ketika Andi terpaku mendapati siluet yang jelas bukan salah satu dari kelima anak asuhnya keluar dari apartment FATE. Pria dengan stelan jas semi formal motiv kotak-kotak dengan kaos putih tersenyum santai melewati Andi yang hanya terbengong kikuk.

"Dia kan........" Gumaman Andi tak diselesaikan. Memilih langsung masuk pintu yang baru saja dilewati sang lelaki.

Cklek..

"Yas!!!"

"Loh, Bang? Ada apa? Bukannya tadi nganter Sena?" Sia-sia Andi berteriak. Ternyata yang dipanggil sudah berdiri di ruang tamu, tengah membereskan cangkir bekas kopi yang hanya satu.

"Barusan ada tamu?" Bukannya menjawab, Andi malah membalas pertanyaan Yasa dengan pertanyaan lagi.

"Iya."

"Arik Wibisana?"

Deg.

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Yasa. Netra sewarna hazel miliknya membelalak kecil mendengar tebakan telak Andi.

"Buat apa dia ke sini? Kalian saling kenal?" Tambah Arik saat yakin Yasa tak akan menjawab pertanyaan sebelumnya.

Ada jeda yang diambil Yasa untuk memutar otak. Mencari kata yang tepat agar Andi tak salah tangkap.

"Arik temen lama gue, Bang. Tadi main aja."

"Temen lama? Wow gue baru tau lo punya temen konglomerat macem si Arik."

Berniat menghindar dari pertanyaan lanjutan Andi, Yasa membawa cangkir kotornya ke wastafel dapur untuk dicuci.

Andi yang mengikuti meletakkan belanjaan bawaannya di meja makan sambil memandang punggung Yasa. "Nih, gue disuruh Sena nganter belanjaan. Katanya susu, biskuit sama beberapa vitamin buat lo."

Ah, Yasa ingat tadi pagi ia sempat mengeluh susu dan cemilannya habis pada Sena. "Ok, Bang. Makasih ya. Lo mau lanjut ke lokasinya Sena atau Edwin habis ini?"

"Mau jemput Princess sekolah dulu sih. Habis itu lanjut ke lokasinya Sena. Edwin kayanya udah hampir selesai, bentar lagi juga pulang." Jelas Andi yang beranjak mengambil gelas untuk minum.

"Kenapa? Mau titip makan siang buat Sena?" Goda Andi yang dijawab gelengan kecil oleh Yasa.

Si manis belum sempat memasak meski hari sudah sampai siang. Waktunya terlalu tersita melayani obrolan Arik yang melebar, panjang. Tentang masa lalu mereka, tentang sulit kenyataan di masa sekarang, serta buai masa depan yang Arik tawarkan.

"Nggak, Bang. Lagian masa Sena nggak dapet jatah makan siang?"

"Ya dapet lah. Tapi kan siapa tau lo mau ngirim masakan lo buat dia."

Yasa hanya menggeleng kecil.

"Ya udah deh gue duluan ya. Udah jamnya Princess pulang nih." Pamit Andi setelah melirik jam yang melingkar di tangan kiri.

"Iya, Bang. Makasih belanjaannya."

Hampir Andi mencapai pintu utama, ia sempatkan kembali berbalik menatap Yasa tepat di mata. "Oh iya, satu lagi Yas."

"Kenapa, Bang?"

"Lo sama Sena udah bukan di tahap cinta-cintaan remaja. Udah ada anak yang jadi tanggung jawab kalian berdua." Yasa masih tak menebak kemana arah obrolan Andi mau dibawa.

UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang