Vote, follow, baru baca ya :)
Ruang make up yang digunakan para personel FATE terletak tak jauh dari lokasi acara yang menggunakan ballroom sebuah hotel dekat perusahaan yang menyewa mereka. Tak begitu ramai karena mereka menggunakannya sendiri tanpa dibagi dengan artis lain.
"Tadi gimana fittingnya, Kak? Lancar?"
"Hah? Eh, apa Win??" Pertanyaan dari Edwin yang baru selesai mengganti baju membuat kaget Yasa yang tengah mengotak-atik ponselnya dengan gelisah.
"Tadi fittingnya lancar?" Ulang si paling muda sembari menarik kursinya mendekat ke samping sang bassis.
Yasa yang nampak manis mengenakan kemeja putih mengangguk kepala. "Lancar kok. Tinggal finishing dikit-dikit aja." Lalu melempar punggungnya membentur sandaran kursi dengan hazel mengarah pada Sena yang tengah ditata rambutnya.
"Kalau lancar kok mukanya sedih?" Tanya Edwin lagi.
"Mama nggak bisa dihubungi dari tadi. Kangen Sean padahal." Si manis tak sadar memajukan bibir berhias lipbalm saking sendunya suasana hati.
"Mungkin Tante Sekar lagi sibuk sama Sean, Yas." Yang menyahut malah Aji yang sedang dipakaikan make-up tipis di wajah tampannya.
"Kan ada Bi Atin."
"Bi Atin masak makan malem mungkin? Udah positive thinking aja. Iya nggak, Sen?"
Sena mengangguk. Fokusnya juga sedang buyar sebetulnya. Smartphone juga diusap berkali menghubungi Dipa atau Bang Andi karena sebentar lagi giliran mereka tampil namun sang keyboardist belum jua menampakkan diri.
"Ini si Dipa kemana sih? Mampir dulu apa gimana jam segini belum nyampe juga???" Agak keras nada yang digunakan, Sena bangkit menggeram mana kala tatanan coma hairnya diselesaikan.
Raut tegas, merah menuju marah. Dominasi dan aura leader menguar jelas mengintimidasi setiap jelma yang satu ruangan dengannya. Membuat yang lain menciut ngeri.
"Sssttt.." Edwin tak tahan. Menyenggol pelan lengan Yasa lalu menunjuk Sena dengan gerak matanya.
Yasa yang paham menghela nafasnya dan melepas smartphone yang semenjak tadi digunakan. Si manis ikut berdiri mendekati Sena dengan mengelus pundak kanan lelakinya.
"Hng?" Sang vokalis berbalik dengan gumaman tanya.
Tak banyak kata, Yasa mengambil smartphone milik Sena dan meletakkannya di saku celana jeans miliknya sendiri. Membuat dahi sang leader mengerut bingung. Tapi gerakan Yasa berikutnya membuat kebingungan Sena memudar, habis.
Yasa meletakkan telapak tangan di kepala belakang Sena lalu mendekatkan kedua dahi mereka hingga berjarak tak lebih satu senti. "Tenang. Dipa pasti lagi di jalan, jangan ditelfonin terus nanti malah panik dan bahayain dia. Mending sekarang kita siap-siap sebentar lagi kita perform."
Bagai kerbau dicocok hidungnya, Sena mengangguk dengan pernyataan Yasa. Sang leader bahkan iya iya saja saat Yasa menariknya keluar menuju lokasi stage setelah menyerahkan tiga buah pic gitar dari sakunya untuk si vokalis karena di lagu pertama mereka nanti Sena akan bernyanyi sambil memainkan gitar akustik kesayangannya.
Sedang di belakang mereka Aji dan Edwin hanya saling pandang dengan satu alis terangkat merasa kebingungan. Satu sisi tak menyangka front man mereka akan jadi anak anjing hanya karena ucapan lembut Yasa, dan sisi lain merasa bangga karena Yasa berhasil menaklukkan aura dominasi yang mengintimidasi mereka.
"Mbak, nanti kalau Dipa sampai langsung disuruh siap-siap aja bilang kita nunggu deket panggung acara." Ujar Edwin pada salah satu hair stylish mereka yang tengah menutup botol hair spray yang baru digunakan untuk menata rambut Sena.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)
RomanceCerita tentang lima pemuda yang tergabung dalam satu grup band. Dimana impian, perjuangan, luka, dan segala hal tak terduga terlewati bersama di antara mereka. Warning!! * Boys love * Mpreg * 18+ * Local * Once again, it's Mpreg * Don't like, don't...