Hingar pandangan kosong menyorot lewat netra dua pemuda yang duduk memandang jendela lebar penuh embun. Rintik gerimis di pagi hari membuat titik-titik air setia melingkupi permukaan kaca yang terpapar udara luar.
Dipa Lesamana dan Edwin Satriatama, sudah hampir tiga hari ini hanya menganggur di apartment. Satu dua kali keluar paling hanya untuk jadwal pribadi masing-masing. Selebihnya tak ada jadwal untuk FATE sebagai band. Alasannya? Tentu saja karena salah satu anggotanya sudah tak pulang, hilang kabar sampai hari ini.
Aji, sang gitaris, semenjak malam dimana Yasa dan Sena mengakui kesalahan mereka berdua, Aji menghilang. Pergi entah kemana tanpa memberi kabar. Tak pada Yasa selaku sahabatnya, Sena sekalu leadernya, atau bahkan Andi selaku manajernya. Andi bahkan marah-marah saat tau Aji meninggalkan smartphone-nya di nakas kamar ketika pergi.
"Maaf, ini semua salah gue." Dengan lirih Yasa ikut duduk, mengambil tempat antara Dipa dan Edwin di sebuah sofa panjang yang menghadap jendela.
Si paling muda menoleh dan mengelus pundak rapuh kakaknya. "Kalau lo nganggep ini semua salah lo, sama aja lo nganggep Muffin tuh kesalahan juga Kak."
"Bukan gitu maksud gue, tapi ...."
"Iya, kita paham kok maksud lo, Kak. Tapi nggak semuanya jadi salah lo. Mungkin Bang Aji emang butuh waktu aja buat terima semuanya." Imbuh Dipa memotong ucapan Yasa.
Satu persona lagi ikut bergabung, berdiri di depan ketiganya dengan segelas susu hangat yang diserahkan pada Yasa.
"Mau coba cari ke rumah neneknya lagi?" Tawar Sena setelah mundur dua langkah, menyandarkan badan di dinding samping jendela.
Dua hari lalu Sena dan Yasa sempat mencari Aji ke rumah peninggalan neneknya, namun rumah yang lama kosong itu tak menampakkan wujud kehidupan. Pintu terkunci, halaman kotor, bahkan motor milik Aji pun tak nampak ada di sana.
"Nggak perlu, Sen. Mungkin bener, Aji lagi butuh waktu aja."
Sena menghela nafas. Menunjuk gelas susu di tangan Yasa dengan gerakan kepala. Kode agar Yasa segera meminumnya.
"Bentar lagi, masih panas." Sang bassis memberi alasan.
Tak lama terdengar suara pintu utama yang dibuka dari arah luar. Keempat pemuda yang tadinya bercengkrama langsung bangkit menuju arah pintu dengan muka berbinar. Berharap Aji-lah yang datang.
"Lah, pada ngapain?"
Tapi ternyata Aji belum berniat pulang. Entitas lelaki awal tiga puluhan lah yabg datang. Dengan vest rajut warna mocha membungkus kemeja putihnya. Menghalau dingin yang merayap lewat mendung dan gerimis tak berkesudahan.
"Yaaahhh.." Dipa dan Edwin mendesah bersamaan. Sedang Yasa dan Sena meraut wajah kecewa.
"Kita kira Aji." Sahut sang leader memimpin langkah ke meja makan, bersama menyiapkan sarapan bubur ayam yang Andi bawakan.
"Ck, temen kalian belum pulang juga?" Andi betulan kesal karena pekerjaannya berantakan gara-gara perkara Andi pergi dan menghilang.
Apalagi gelengan yang jadi jawaban dari keempat anak asuhnya. Rasa emosi Andi seperti dipaksa naik satu tingkat.
"Dia lagi kenapa sih sebenernya??? Putus cinta? Galau? Apa gimana?? Apa mau keluar band sekalian???"
"BANG!!"
Teguran Sena membuat Andi sadar, kata-katanya terlampau keterlaluan.
"Aji mungkin lagi ada beberapa urusan, Bang. Kasih dia waktu bentar lagi."
"Bentar laginya sampai kapan, Sen?? Ini MV kalian bentar lagi keluar loh, habis itu pasti jadwal promo bakal makin padet. Kalau dia masih hilang-hilangan gini gimana??"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)
RomansCerita tentang lima pemuda yang tergabung dalam satu grup band. Dimana impian, perjuangan, luka, dan segala hal tak terduga terlewati bersama di antara mereka. Warning!! * Boys love * Mpreg * 18+ * Local * Once again, it's Mpreg * Don't like, don't...