Pagi terasa sangat berbeda di apartment lantai tiga yang dihuni para personel FATE setelah semalam digempur fakta mengejutkan jika Yasa tengah mengandung anak leader mereka. Tidur semalam-pun sepertinya tak membawa lelap bagi para pemuda tersebut. Berbagai asumsi dan hipotesa bermain di kepala masing-masing, menebak-nebak masa depan apa yang sedang Tuhan rencanakan lewat kehadiran si bayi.
Masih jam enam pagi ketika Edwin keluar kamar dengan muka bantal, belum mandi. Niatnya ingin mengambil minum untuk melancarkan oksigen di otaknya yang terasa buntu. Tapi aroma semerbak tumisan bumbu mengundang langkahnya masuk ke area dapur lebih cepat.
"Bang Sena?????" Sang drummer berjengit kaget mendapati leadernya berdiri memunggungi, sedang fokus dengan bahan masakan. Sedang di meja makan yang menghadap dapur tanpa sekat ada Yasa yang duduk berkutat dengan smartphone.
"Eh, dah bangun Win? Tumben." Sena yang wajahnya penuh lebam dengan dua titik plester luka menoleh singkat lalu kembali memainkan spatula di tangan.
Dengan wajah masih sedikit shock, Edwin meringsek maju duduk di dekat Yasa. "Tumben??? Lo kali Bang yang tumben. Tumben banget masak??? Pagi-pagi lagi??" Bukan apa-apa, selama menjadi personel FATE Edwin tak sekalipun pernah melihat Sena memasak keculai cuma masak mie instant. Dapur terlalu jadi area yang malas didatangi sang vokalis.
"Emak lo pengen nasi goreng tuh katanya." Jawab Sena tanpa menoleh.
Edwin yang paham langsung menatap Yasa penuh tatap telisik. "Kenapa nggak masak sendiri sih, Kak? Biasanya juga lo yang masakin kita kan?"
"Lagi males." Jawaban Yasa sepertinya tak langsung membuat Edwin puas.
"Kan bisa order online? Beli aja gitu?"
"Pagi-pagi begini mana ada yang jualan nasi goreng? Oon." Yasa mengagguk ketika Sena memberi alasan pada Edwin. Fokusnya masih pada smartphone di tangan yang menampilkan review-review dari netizen atas lagu mereka yang baru dirilis.
"Dih, emang Kak Yasa yakin sama masakan Bang Sena? Kalau keracunan gimana?"
"Oalah, bangsat. Gini-gini gue juga bisa masak ya, bocah. Cuma emang nggak pernah masak aja karena males." Dengan spatula mengacung ke muka Edwin, Sena berujar. Membuat si paling muda memundurkan tubuhnya saking takut tersenggol spatula panas tersebut.
Pertikaian kecil si leader dan si drummer berhenti saat terdengar kekehan dari bassisnya. Meletakkan smartphone di meja, Yasa menatap Edwin lalu beralih pada Sena dengan senyuman. "Lagian Muffin pengennya nasi goreng buatan Papanya, Win."
Dibalas Sena dengan senyuman tampan meski luka di bibirnya sakit saat ditarik membuat cekungan, secerah mentari pagi yang mulai terasa hangat mengawali hari. Sepertinya semalaman memeluk Yasa dan sesekali menggumam memberi kenyamanan, coba mengusir gelisah Yasa membuat hubungan mereka sedikit lebih cair dan semakin membuka lebar peluang untuk bersama.
Sedikit demi sedikit gue bakal bikin lo jatuh cinta juga sama gue, Yas -batin Sena memberi semangat pada diri sendiri
"Muffin? Kalian panggil baby-nya Muffin? Ish gue kira belakangan sering denger kalian ngomongin Muffin tuh emang ngomongin kue, kan kalian sama-sama demen makan. Eh ternyata lagi ngomongin bayi?" Edwin bertanya sembari berjalan ke arah kulkas, mengambil air lalu kembali duduk di meja makan bersama Yasa.
"Iya, dipanggilnya Muffin. Muffin Pramudya. Bagus kan, Win?"
"Muffin apa? Ada yang nyimpen Muffin??" Satu suara penuh kantuk kembali menambah penghuni dapur di pagi hari. Dipa datang dengan kantung mata dan guling dalam pelukan. Ia berjalan ke arah wastafel untuk mencuci muka sejenak lalu meletakkan guling di samping Yasa dan membantu Sena menata nasi gorengnya dalam piring.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)
RomanceCerita tentang lima pemuda yang tergabung dalam satu grup band. Dimana impian, perjuangan, luka, dan segala hal tak terduga terlewati bersama di antara mereka. Warning!! * Boys love * Mpreg * 18+ * Local * Once again, it's Mpreg * Don't like, don't...