Sixth Member

5.9K 498 67
                                    

TW⚠️ Male lactation, breastfeeding






Degup jantung Sekar Ayu bertalu di pagi yang sedikit kelabu. Membagi ruang antara buncah bahagia yang dikabarkan Barsena atas kelahiran cucu pertamanya, dan sedu sedan mengingat nasib pernikahannya sendiri yang tepat di tepi jurang.

Lip matte merah kembali disapukan di bibir yang kering pucat. Rambut yang mulai beruban digelung dengan jepit indah, serasi dengan blouse abu-abu yang dikenakan.

Bukan asal si wanita memilih abu-abu sebagai warna diri untuk hari ini. Abu, petang, kelabu. Serupa hati yang siap melepas rasa cinta yang bertahun hanya jadi beban di hati. Mempertahankan cinta yang hanya bertepuk sebelah tangan selama hidupnya, untuk apa?

Tok tok tok ....

Ah, sudah waktunya. Bi Atin sudah mengetuk pintu, mungkin untuk mengabarkan jika Tuannya telah siap di mobil menunggu.

Selama proses perceraian berlangsung, Dhanu dan Sekar masih tinggal dalam satu rumah ngomong-ngomong. Meskipun Dhanu lebih memilih tidur di kamar tamu, tapi belum terbersit kata meninggalkan rumah yang dibangun bersama.

"Sebentar, Bi..." Suara Sekar agak keras, berharap Bi Atin di luar dengar.

Dengan cekatan diraihnya tas dan sepatu merk luar negri yang memang sudah ia siapkan, sesuai dengan baju yang dikenakan. Jam Alexandre Christie dengan hiasan kerlip intan dipakai menambah prestise diri. Meraih smartphone yang kemudian ditatapnya penuh cinta saat foto yang dikirimkan Sena kembali terpampang di layar. Seorang bayi laki-laki yang tertidur lelap lucu sekali.

Mematut diri sekali lagi, Sekar kemudian membuka pintu tanpa segan.

Cklek...

Dugaannya salah besar. Bukan Bi Atin yang berdiri menunggunya di depan pintu. Melainkan seorang yang lama menyandang status suaminya dengan stelan jas navy dan kemeja putih tanpa dasi. Lingkar hitam di matanya menurunkan kesempurnaan tampilan yang selalu dinilai rupawan.

"Ayo, sudah siap kan?" Suara Dhanu terdengar pecah di telinga Sekar.

"Apa nggak terlalu awal untuk ke pengadilan?" Masih satu jam lebih sebelum persidangan yang agendanya berupa putusan akhir perceraian itu akan terlaksana.

Dhanu menggeleng kecil. "Kita mampir perusahaan sebentar. Ada yang harus kamu lakukan di sana."

"Ngapain?"

"Paling tidak perkenalan. Para karyawan harus kenal Boss baru mereka kan?"

"Mas ...." Sekar sama sekali tak bisa menabak apa isi otak Dhanu. Cara berpikirnya random, melangkah sendiri tanpa konsultasi.

"Anggaplah jadi penebusan dosaku pada kalian. Perusahaan dan rumah sedang diproses balik nama atas nama kamu, Sekar."

"Lalu kamu dapat apa, Mas????" Meski disakiti berkali, tapi melihat Dhanu yang biasanya berjaya jadi lontang-lantung tanpa daya juga Sekar tak sanggup.

"Setelah semuanya selesai aku mau ke Malaysia. Mulai semuanya dari awal, buka perusahaan arsitektur lagi. Cuma itu yang aku bisa."

"Kenapa nggak tetap di Indonesia, Mas?"

"Kita sama-sama butuh waktu, Sekar. Dan pergi ke Malaysia kupikir jadi jalan paling tepat."

Gelenyar di hati Sekar menoreh lejit perih yang digores belati. Bagaimanapun puluhan tahun ia dan Dhanu jadi sepasang suami-istri. Tak semudah itu melenyap rasanya meski tau tanpa balas saja.

"Masih ada waktu, Mas."

"Maksud kamu?"

"Sebelum putusannya keluar, masih ada waktu untuk berubah pikiran. Apa nggak bisa kalau dipertahankan?"

UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang