History Repeat

4.3K 445 56
                                    

Pelukan khas teman yang lama tak jumpa menyambut kedatangan Cakrayasa di bar yang bahkan belum ada pengunjungnya. Di belakangnya Sena mengikuti menatap selidik seorang wanita beraura dominan yang memeluk kekasihnya.

"Astaga Yasa, gue kira lo udah nggak nyimpen nomor gue?? Ternyata lo masih inget gue." Heboh si wanita setelah pelukan keduanya direnggangkan.

Yasa tersenyum simpul. "Nggak lah. Masa nomor mantan manajer band gue jaman SMA gue lupain."

"Ini udah berapa bulan? Gemes banget deh." Tangan Jasmine mengelus perut bulat Yasa sekaligus memperhatikan pipi putih si manis yang makin tembam saja.

"Udah delapan, Jas. Bentar lagi launching nih." Kemudian Yasa menoleh ke arah Sena yang kini berdiri di samping kanannya. "Sen, kenalin ini Jasmine temen sekolah aku."

Sena dan Jasmine saling berjabat tangan, mengenalkan nama masing-masing.

"Sebenernya kami pernah ketemu sih, Yas." Ada kernyitan dahi saat Yasa mendengar pernyataan Jasmine. "Laki lo pernah diajak Aji kesini buat minum."

Delikan tajam diterima Sena. Dengan gelagapan ia menjelaskan secepat yang ia bisa, tak mau Yasa salah paham. "Itu dulu banget Yas, sumpah. Jaman kita baru kelar rekaman album kedua."

Mau tak mau Yasa hanya mengangguk mengiyakan. Teringat tujuannya kemari setelah mendapat telefon tiba-tiba dari nomor Jasmine yang sudah bertahun-tahun tak ditemuinya. Kata Jasmine dalam sambungan tadi, Aji minta dijemput di bar ini.

"Terus Ajinya mana, Jas? Pakai minta jemput segala, kenapa deh?"

Jasmine mendengus. Melirik malas kakinya yang tadi berbalut sepatu boot keren kini sudah berganti sandal jepit karena sepatunya terkena muntahan Aji. "Di ruangan gue. Hangover dia, udah kaya orang masuk angin aja."

Yasa dan Sena saling beradu pandang. Meraba tanya lewat tatap gerangan masalah apa hingga Aji mabuk-mabukkan untuk menghadapinya. Kemudian dua sejoli tersebut mengikuti langkah Jasmine yang membawa mereka menaiki lift ke lantai dua.

Di ujung lantai dua, ruang kerja Jasmine berderet dengan kamar-kamar yang memang disediakan bagi pengunjung yang ingin menyewa. Menjadi ruangan paling besar, ruang Jasmine terbagi menjadi dua sekat. Di bagian depan ada kantor yang berisi meja kerja dan meja tamu, sedang bagian belakang ada kamar untuknya istirahat dan toilet.

"Masuk aja masuk, nggak usah sungkan." Dengan ramah Jasmine mengarahkan Sena dan Yasa ke kamar pribadinya. Dimana seorang lelaki tertidur tengkurap dengan sebotol kayu putih di sisi kiri.

"Buset, tidur dia Jas?" Tanya Sena.

Jasmine menggeleng. "Pingsan tadi habis mabok. Udah gue kasih kayu putih nggak siuman-siuman."

"Bablas tidur paling. Dasar." Gumam Sena mendekati Aji, menggoncang bahunya kasar. "Ji, bangun Ji pulang. Malu-maluin aja lo."

Sedang berdiri di ujung ranjang, Jasmine dan Yasa sama-sama menggelengkan kepala.








....









Berdalih kesepakatan kerja yang dalam tahap awal pendiskusian, Kusuma Wardhanu memberanikan langkah menyusuri lantai demi lantai gedung kantor dimana para dewan yang katanya wakil rakyat tengah menjalankan kewajibannya.

Menemui Wangsa Syailendra sang sahabat lama, obrolan awalnya berjalan lancar meski Wangsa agak merasa aneh saat Dhanu datang menemuinya membicarakan proyek tanpa mengajak serta skretarisnya.

Kopi susu di meja sudah mendingin hampir hilang kebulnya. Dua punggung yang makin layu dimakan usia sama-sama bersandar lelah di kursi yabg didudukinya. Hingga Dhanu lebih dulu duduk tegak, menumpu tangan di meja. Tatap serius dilayangkan pada seraut manis Wangsa di hadapannya.

UNPREDICTABLE (BoysLove, Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang